Disela sela ngeronda
“bang... bangun bang...” seru istri pak firman. pak firman yang sedang tertidur pun terganggu. “bang... bangun...” sekali lagi istrinya membangunkan. “ehm...” jawabnya. Pak firman mulai membuka matanya. “malam ini giliran abang ronda” istrinya mencoba mengingatkan. Pak firman pun sudah tanggung,ia pun bangkit dari tidurnya. “abang mau makan dulu?” tanya istrinya. “enggak usah nanti juga ada makanan di pos” jawabnya dengan wajah masih ngantuk. Pak firman pun keluar menuju kamar mandi yang di ikuti istrinya. Ia mengguyur air ke wajahnya, dinginnya udara langsung menyadarkannya. Selesai dari kamar mandi ia langsung mengganti pakaian. Dirasa sudah cukup semua,pak firman pun pamit. “abang jalan dulu ya neng...” kecup mesra ditempelkan dibibir sang istri.
Malam ini suasana sangatlah sepi. Pak firman mengatupkan kedua tangangannya menghalau udara dingin. Ia mencoba mengingat ngingat dengan siapa ia akan ronda malam ini. “sama pak dirman sama pak maman?” ia mencoba mengingat. Sampai di pos, tak ada satupun orang. Ia merasa bingung “masa sendirian!” keluhnya, ia langsung melihat daftar ronda untuk meyakinkan. “iya bener pak dirman dan pak maman”. Ia memutuskan duduk saja sambil menyetel radio dan menunggu yang lainnya datang. Dalam hati kecilnya ia merasa sedikit takut. Sampai 30 menit berlalu pak maman akhirnya menampakan wajahnya. “maaf pak saya terlambat!” ucapnya. Pak firman pun merasa lega karena ia tidak sendiri. “saya kira saya bakal sendirian pak. saya takutlah...” mereka pun tertawa.
Kopi mulai mereka seduh, pak maman datang membawa makanan ringan untuk mereka jaga. Jam sudah menunjukan jam 1,mereka memutuskan untuk berkeliling. Dari gang ke gang mereka telusuri, dengan bermodalkan pentungan dan senter mereka mengecek setiap rumah disana. setelah semuanya selesai mereka pantau,mereka kembali ke pos.
Sesaat sebelum sampai dipos, mereka melewati rumah yang dihuni pasangan muda. Pak firman dan pak Maman melihat dibawah lampu yang terang, tali jemuran dengan jemurannya yang tergantung terlihat jelas. Entah kenapa mereka berdua langsung fokus kepada jemuran itu, terpampang,beberapa kancut perempuan dengan ukurannya yang kecil dan warna warni sedang tergantung. Sangat menggoda perhatian. Tanpa mereka berbicara, mereka satu sama lain tau siapa pemilik jemuran itu, wanita muda dengan rambut hitam panjang, badan yang kurus tinggi, dengan buah dada yang lumayan besar, sungguh menggairahkan bagi mereka. khayalan jorok pun hinggap tentang si perempuan itu.
Sampai akhirnya mereka tiba dipos.
“duh saya kebelet pak, saya kencing dulu” ucap pak Maman yang langsung pergi kebelakang pos. Pak firman kembali duduk ia meminum kopi yang ia tinggalkan dan membakar sebatang rokok,menyandarkan tubuhnya.
Sepertinya ia sedang membayangkan lagi kancut yang tadi ia lewati, membayangkan isi dan pemilik dari kancut itu, wanginya,bentuknya. “ooohhh...” suara desahan samar terdengar oleh telinga pak firman mengaburkan lamunannya. Ia langsung berpikir suara itu datang dari belakang pos, disana ada pak Maman.
Pelan pelan ia bangkit,dengan langkah yang hati hati. Dari samarnya penglihatan, terlihat dengan bersandar di pos, pak Maman sedang asyik mengocok kontolnya, celananya ia pelorotkan sampai lutut. “waaahhh.. enak yah pak!” ucap pak firman mengagetkan. Pak Maman yang kaget langsung menarik celana trainningnya dengan sigap. “katanya ngencing, kok malah ngocok!” pak firman menggoda pak Maman. Pak Maman malu perbuatannya sudah ketauan, tapi apalah daya kontolnya masih ngaceng menonjol dibalik celananya.
“tadi saya niatnya pengen kencing pak tapi kebayang sama kancutnya si dewi,tadi!” pak acing mencoba berkilah.
“hehehe sama pak, pas tadi kita lewat rumah pasangan muda itu,saya juga membayangkan memeknya si Dewi tuh kaya gimana. Beruntung bener dah si Anton dapet bini model begitu!” pak firman membenarkan.
“maka itu saya ngeloco aja. Sebetulnya saya pengen pulang sebentar, takutnya pak Firman nolak”ucap pak Maman, “jangan toh pak” pak Firman segera menimpali perkataan pak Maman.
Pak Maman mulai meraba raba lagi kontolnya, seperti memberi isyarat untuk pak firman pergi. Kontol pak firman sendiri pun sudah mulai ngaceng, meminta untuk di loco. “saya ngeloco juga lah, itung itung ngangetin badan pak!”. pak Maman langsung melorotkan celananya lagi, kontol yang berurat, dengan Panjang dan diameter yang lumayan besar menggantung diselangkangannya. Pak firman sendiri tidak membuka celananya,ia hanya membuka resletingnya dan menarik keluar kontolnya. Kontol pak firman kepalanya lebih besar daripada batangnya. Mereka berdua saling memperhatikan,dengan tangan mereka tetap mengocok.
“baru kali ini saya ngeloco didepan orang pak” ucap pak firman. “sama lah pak. Cuma apa boleh buat, kita sange soal kancutnya dewi”. Pak Maman sesekali meremas biji pelernya. “gede juga kontolnya pak...” ucap pak firman,seraya mencairkan suasana kaku diantara mereka. “ah ndak pak, biasa aja, malah lebih besar punya pak firman...”. pak firman tersenyum dan menutup matanya, membayangkan si dewi. “syuuuuurrrrr.....” suara air mengalir. Pak firman langsung membuka matanya. Ternyata pak Maman sedang kencing. Agak sedikit aneh dimata pak firman. Pak Maman mencoba menjelaskan “saya kalo kegelian pasti kencing pak...” kata pak Maman.
“saya belum pernah pak kencing dalam keadaan ngaceng berat kaya gini”ucap pak Firman.
“yah kalo saya sih, asalkan kepala kontol saya dimainin pasti geli dan bawaanya yah gini, kencing. Makanya kalo saya lagi main sama istri saya pasti sekali atau dua kali kekamar mandi”. tiba tiba pak firman mendekati pak Maman. Melihat dengan seksama kontol yang sedang mengeluarkan urine. Kontol pak Maman ngangguk ngangguk mengeluarkan sisa sisa air seninya.
Dalam perhatiaannya pak firman, tiba tiba pak Maman menarik tangan pak firman,“elusin pak...” ucapnya. “apa pak!” Pak firman sontak kaget dan menarik tangannya kembali. “elusin aja pak...” goda pak Maman.
Dalam perhatiaannya pak firman, tiba tiba pak Maman menarik tangan pak firman,“elusin pak...” ucapnya. “apa pak!” Pak firman sontak kaget dan menarik tangannya kembali. “elusin aja pak...” goda pak Maman.
“ini pertama kalinya saya ngeliat kontol orang lain ngaceng didepan saya, saya ndak mau pak...” tolak halus pak firman. Pak Maman pun bukannya berdiam diri,ia malah menghampiri pak firman “yaudah sini saya bantu ngeloco” tangannya langsung menggenggam erat kontol pak firman. “ughh....jangan pak...” penolakan terucap dari mulutnya tapi tanpa tindakan. Pak Maman yang mengetahui kalau cairan precum pak firman sudah mulai keluar, Lantas pak Maman langsung mengoleskan cairan precum ke kepala kontol pak firman. Licin kepala kontolnya oleh precum,dengan gerakan tangan pak Maman berputar putar dikepala kontol pak firman “uughhhh.....aaaaahhhh...” pak firman pun mulai mendesah kegelian dibuatnya. Kontol mereka sama besar walau pak Maman itu agak gendut. Pak firman menutup matanya, menikmati setiap gerakan dikepala kontolnya. Semakin lama semakin kencang gerakan tangan pak Maman. Pak firman pun semakin mengaduh ngaduh. Pak firman merasakan sesuatu ingin keluar dari dalam kontolnya,rasa geli berpusat diperutnya dan tiba tiba “syyyyyuuuuurrrrrr.......” pak firman kencing.
Dengan keadaan kontol ngaceng, sekuat tenaga ia membungkam mulutnya agar tidak mendesah lebih kuat. Rasa geli sekaligus kencang menyebar disekujur kontolnya, urat uratnya semakin ketara.
Pak Maman tetap menggenggam kontol pak firman kuat kuat, merasakan setiap kedutan. Pak firman menyandarkan tubuhnya ke pak Maman. Sampai semprotan kencingnya yang terakhir mengalir ditangan pak Maman. Pak Maman langsung memeluk pak firman. Dengan tarikan kencang, pak Maman memastikan kencingnya sampai tetes terakhir. “aaaahhhh...” Pak Firman antara keenakan dan sakit diperlakukan seperti itu. setelah semua selesai pak Maman pun melepaskan kontol pak firman. Kontol pak firman tegak menantang, semakin kencang...!
Tanpa permisi pak Maman langsung memasukan kembali kontolnya yang ngaceng kedalam celana trainingnya dan meninggalkan pak firman seorang diri untuk kembali kedepan pos. Dalam keadaan kakunya pak firman hanya memandang tanah yang telah basah oleh air kencingnya. Ia juga turut menatap kontolnya, masih tegak menantang. Ia pejamkan matanya ia hirup aroma pesing disekitarnya dan Ia mencoba menyentuh kontolnya, dan itu sangat sensitive. Ia hanya bisa terpaku oleh bau pesing dan sensasi yang baru saja ia lalui. Sesaat ia membuka mata, ia mengingat pak Maman yang beberapa menit sebelumnya tengah berdiri dan ngencing disebelahnya.
Dalam keadaan bingung ia pun memutuskan kembali ke depan pos juga. Suara alunan musik dangdut mengalun dari radio. Pak Maman tengah terbaring memunggungi pak firman. Pak firman memegang pundak pak Maman
“pak...” pelan suara pak firman. “iyah kenapa pak...” pak Maman menjawab dengan santai. “saya tanggung nih...” lirih suara pak firman. Pak acing hanya berdiam diri. Pak firman memandangi badan pak acing yang tinggi dan sedikit tambun. Tak ada jawaban juga dari pak Maman, pak firman kembali berusaha “pak...”. sebelum ia sempat mengutarakan kata katanya, pak Maman membalikan badannya.
Pak Maman langsung menggenggam kontol pak firman yang masih ngaceng diluar celananya. “dikocok gini pak...?” mereka saling memandang, dengan posisi pak firman masih berdiri dan pak Maman rebahan dipos.
Pak firman mulai menggoyangkan pinggulnya didalam kocokan tangan pak Maman. Pak firman kembali menutup matanya, mungkin ia merasa risih.
Pak Maman merubah posisinya. Dari kocokan tangan yang konsisten, tiba tiba pak firman merasakan kehangatan dikepala hingga batang kontolnya. Sesaat ia membuka mata, kontolnya telah berada didalam mulut pak Maman. “uuuhhhh... enak pak,!” pak Maman tak memperdulikannya, ia tetap fokus menghisap. Pak firman langsung berpangku dipundak pak Maman, sambil maju mundur untuk ritme yang selaras. Mereka berdua sama sama ke enakan. Pak Maman sembari ngisep ia juga memelorotkan celana trainingnya dan mengocok kontolnya sendiri.
Cukup lama mereka dalam posisi itu, sampai pak firman mulai merasa letih karena berdiri. “pak... aku duduk pak...” lalu pak firman duduk disebelah pak Maman. Pak firman ingin beristirahat sejenak, ia minum kopinya kembali dan ia sempatkan membakar rokok. pak Maman hanya memandangi pak firman, dengan kontolnya yang keluar dari resleting. Pak firman memberikan senyum kepada pak Maman. Pak Maman mendekat ke pak firman, ia membuka gesper dan celana pak firman, dan menarik celananya sampai sepaha. Tanpa permisi ia menghisap kembali kontol pak firman. “sluuurrrppp... sluuurrrppp.... eeeehhhmmm... eeehhhmmm...” pak firman hanya memandangi pak Maman yang tengah kehausan kontol dan tetap lanjut merokok dan membiarkan pak Maman sesuka hatinya.
Pak Maman benar benar rakus, kontol pak firman ia masukkan semua kedalam mulutnya, terkadang ia mencoba memasukan biji kontolnya pak firman juga, tapi sayang tak muat. Pak firman hanya menerima rasa geli. Pak Maman semakin lama semakin dalam menghisapnya, terkadang ia tersedak, air matanya sudah mengalir. Mereka berdua akhirnya merubah posisi untuk kenyamanan. Pak Maman sekarang dibawah dan pak firman di atas. Pak firman ngin mengentot mulut pak Maman.
Mulut pak Maman terbuka lebar dengan lidahnya menjulur, pelan pelan pak firman memasukan kontolnya. Dengan berpegang pada pager dipinggir pos, pak firman mulai menggenjot kontolnya dalam mulut pak Maman. “eeennggghhhkkk...” suara yang terdengar. Pak firman sepertinya lupa kalau kontolnya lumayan besar untuk ukuran mulut pak Maman. ia sering benamkan dalam dalam kontolnya lalu ia tarik dan kembali disentak dalam-dalam. Pak Maman sering kali tersedak, tapi pak firman tak juga berhenti.
Dalam sodokan yang kuat, beberapa kali biji peler pak firman menampar nampar dagu pak acing. “ooohhh paaaakkkk... enak paaaakkkk...” pak firman mulai meracau dengan remesan dibiji pelernya. Semakin lama semakin cepat sodokan kontolnya. Pak Maman sudah tak bisa mengimbanginya lagi. Ia mulai meronta ronta,meminta pak firman untuk berhenti sejenak membiarkannya mengambil nafas. Tapi Pak firman tetap menyodok kuat kuat “aaaaahhhh pak....” desahnya. Pak Maman mulai kesal karena tak digubris, ia pun mencari cara untuk pak firman sadar. Tangannya menggerayangi bongkahan pantat coklat pak firman, sampai ia menemukan lobang pantatnya. Dalam sodokan dimulutnya tak kunjung berhenti, dengan sekali tusukan jari tengah dilobang anus, pak firman seketika mengerang dan berhenti “aaaakkkhhhh....” pak firman menatap pak Maman seperti marah tetapi mata pak Maman melotot menandakan protes.
Pak firman langsung menarik kontolnya. Pak Maman langsung merasa lega dan membuka lebar lebar tangannya. Mereka berdua diam. Pak firman hanya mengocok ngocok kontolnya,seperti ingin menuntaskan semuanya. Sensasi mengentot mulut pak Maman membuat pak Firman ketagihan, kembali ia menghampiri pak Maman lagi, dalam tatapan sendu, pak firman mengecup bibir pak Maman. “eeenggghhhh... “ mereka berdua mengerang. Pak Maman dalam posisi tidur hanya menerima ciuman sang pejantan!.
Mata mereka hanya saling memandang dalam bibir yang terikat menyatu. Lidah mereka tak henti hentinya menyentuh satu sama lain. Pak firman mengajak pak Maman bangkit tapi tetap menjaga ciuman mereka tetap rapat. Dalam posisi duduk, mereka berpelukan dan kontol mereka saling bergesekan. Gigitan dan jilatan mereka berikan satu sama lain, bibir mereka merekah. mereka melucuti setiap helai benang yang mereka kenakan.
Pak firman mengocok kontol pak Maman dan diikuti pak Maman mengocok kontol pak firman.
Semakin lama, ciuman mereka semakin panas. Pak firman matanya sudah mulai sayu. Pak Maman merasakan kontol pak firman sudah kedutan, menandakan sebentar lagi ia akan keluar. Ciuman mereka semakin tak beraturan dan liar, kocokan mereka berdua pun semakin cepat. Pak firman diam, kocokan dikontol pak Maman ia lepaskan, ia peluk rapat rapat pak acing. “eeengghhh.... eeeennnggghhhhh.... aaaahhhhh...” erangan pak firman. Pak Maman tetap mengocok kontol pak firman dan juga mengocok kontolnya dengan tangan kiri. “aaaahhhh..... aaahhhhh.... paaaakkk....” pak firman resah dan “crooooooooottttttttt.....” pejuh menyemprot kearah perut pak Maman. Pak Maman tak lantas berhenti, ia tetap mengocok semakin cepat ritme kocokannya dan “aaaahhhh.....” pak firman ngencrot lagi yang jatuh ditangan pak Maman, serta beberapa kali muncratan pejuhnya yang tak beraturan. “aaaaaakkkhhhhh.....” pak firman langsung merebahkan dirinya. Kontolnya masih tegak berdiri dengan pejuh mengalir. Pak Maman yang masih belum keluar lantas bangkit berdiri, pak firman memandang pasrah dari arah bawah. Dalam keadaan berdiri pak Maman mengocok kontolnya yang gemuk. mereka berdua saling memandang. Pak firman mengusap ngusap kaki berbulu pak Maman. “aaahhhhh....” pak Maman mulai resah. Pak Maman lantas merubah posisi,i a bertumpu dengan kedua dengkulnya. Mereka berdua berciuman sesaat. Lalu pak Maman menyentuh bibir pak firman dengan jari telunjuknya, pelan pelan ia mainkan jarinya dibibir itu. perlahan jari pak Maman mulai masuk kedalam mulut pak firman. “aaaahhhhhhh....” pak Maman menutup matanya. Jarinya merogoh dalam mulut pak firman. Tangan kiri pak Maman mengocok kontolnya dengan ritme yg konsisten.
Pak firman juga mulai menikmati permainan ini, ia mulai menjilat jilat jarinya pak Maman, menghisapnya. Pak Maman tambah ke enakan. Dirasa sudah mau keluar,pak Maman menggenggam mulut pak firman kuat kuat “aaaahhhhh... paaaakkkkk... keluar paaaaakkkkk....”. dengan cepat pak Maman langsung mengarahkan kontolnya kemulut pak firman dan “croooooooooootttt crrrrrroooooottttt crooooootttttt....” mulut pak firman disemprot oleh pejuh pak Maman. Pak Maman menahan kepala pak firman supaya kontolnya tetap terbenam. Pak firman gelapagan dibuatnya, rasanya ingin ia muntah tapi tak ada daya akhirnya ia menelan semua sperma pak Maman . “aaaaaahhhhhhhhh......” pak Maman mencabut kontolnya dari mulut pak firman. Disusul pak firman meludahkan sisa sisa pejuh dari mulutnya.
Pak Maman langsung menarik badan pak firman dan menciumnya. Walau pak firman agak sedikit kesal oleh perbuatan pak Maman, tapi ia menikmati ciuman ini....
mereka terkulai lemas dalam sensasi kenikmatan duniawi yang baru saja mereka lalui
Beberapa menit berlalu, Akhirnya mereka membersihkan diri dan berpakaian kembali. setelah semua kegiatan saling "bantu" itu selesai, pak Maman menggengam tangan pak firman, seraya memberitahukan kalau ia sangat menikmatinya.
Pak Firman hanya tersenyum, sorot matanya menandakan ia juga terpuaskan
Sejam berlalu, pak Maman bangkit untuk kencing. Pak firman yang asyik merokok ikut pak Maman kebelakang tanpa diminta. Pak Maman memegang kontol pak firman,dan pak firman memegang kontol pak Maman. Mereka nkencing sambil berciuman.
Tanpa mereka sadari kalau pak dirman malam itu tak datang ikut meronda.
No comments:
Post a Comment