Friday, July 28, 2017

Cerita Pria Tua

Sebuah kisah seks seorang pria tua yang sudah berstatus duda yang pada suatu ketika mendapatkan kembali gairah seksnya! Namaku tak penting. Yang penting kan ceritaku berikut ini. Aku sudah tua, hampir 50 taun. Karna memang hidupku dari sejak muda di Tapanuli dulu sudah keras, tampangku jauh lebih tua dari umurku sebenarnya. Udah tak ganteng, hitam, muka tua pulak, lengkaplah sudah.

Aku merantau di Medan ini sendiri. Istriku sudah tak ada, anak-anakku pun udah merantau ke Jawa sana semuanya. Sudah hampir semua kerjaan kulakukan di Medan ini. Pernah aku menarik becak, kuli bangunan dan segala macam. Akhirnya aku kenal dengan Pak Tanto, seorang pengusaha muda keturunan yang terbilang sukses.

Aku tinggal di rumahnya inilah. Semua pekerjaan kulakukan saja. Sebagai satpam pun iya, pembantu pun iya. Karna tampangku yang tua, semua teman-temanku memanggilku Opung. Pak Tanto, istri dan
anak-anaknya juga memanggilku begitu.

Pak Tanto berumur lebih muda dariku, sekitar 40 taun. Istrinya Bu Sylvia, 33 taun, sipit, cantik, montok, putih dan yah, menariklah. Mereka punya 2 anak perempuan. Clara, 14 taun dan Jessica, 12 taun. Mereka berdua, tentu saja mewarisi keelokan fisik orang tuanya. Bermata sipit, berkulit putih mulus dan memang cantik-cantiklah.
Udah setaun lebih aku kerja di rumah ini. Pak Tanto dan anak-anaknya pun udah akrab denganku. Kecuali Bu Sylvia yang memang agak jutek dan ja’im. Tapi aku acuh saja. Yang penting kerjaanku beres, gajiku lancar, itu saja.
Waktu itu hari Minggu, Pak Tanto sekeluarga berlibur ke pantai sekitar 2 jam dari Medan. Sekali ini, aku diajak ikut. Setelah mengantar Bu Sylvia dan anak-anaknya ke suatu resort untuk berenang menghabiskan waktu disitu, Pak Tanto mengajak aku ke ladang milik keluarga mereka yang tak jauh dari situ. Sekitar sore, kami kembali ke resort itu untuk menjemput mereka. Ternyata Bu Sylvia sudah menunggu di lobby resort tersebut, beserta Jessica dan Clara yang ternyata keduanya tertidur di sofa masih mengenakan pakaian renangnya! Ternyata mereka kecapean berenang, dan tertidur tanpa mandi, tanpa berganti pakaian.
“Mereka tadi kecapean, langsung bablas aja bobo, mau mandi pun tak kuat lagi,” demikian kata Bu Sylvia.
Singkat cerita, kedua anak itu kami angkat ke mobil sedan Pak Tanto. Ini yang hebat! Karna aku memang tak bisa menyetir, jelas Pak Tanto harus menyetir mobil dengan Bu Sylvia duduk di sebelahnya. Di belakang, karena sudah banyak barang-barang, terpaksa Clara di tengah, dan aku di duduk di pinggir sambil memangku Jessica yang ketiduran itu! Sebelum naik mobil tadi, kepalaku udah pusing memikirkan kemungkinan ini. Dan ternyata setelah kejadian, aku betul-betul menggigil. Selama ini tak pernah ada hasrat seksualku pada mereka. Tapi sekarang, Jessica, anak 12 taun yang cantik putih mulus ini duduk dengan pantat di atas kontolku cuma dengan pakaian renang! Dia memakai pakaian renang model two-piece berwarna pink yang tipis sekali. Belum lagi kakaknya Clara tidur di sebelah kami hanya dengan short dan tank top berwarna biru muda. Kurang ajar, kontol tuaku betul-betul bergetar dibuatnya.
Di awal perjalanan, Bu Sylvia menyuruhku untuk menutupi tubuh Clara dan Jessica dengan selimut yang ada di mobil. Masuk akal, karena mereka pasti kedinginan karena AC mobil. Baru 10 menit mobil berjalan menuju Medan, aku sudah harus menyetel kontolku. Karna tadi memang lemas dan nunduk ke bawah, tapi terkena tindihan pantat dan tubuh Jessica, mau tak mau aku harus merogoh kontolku untuk menegakkan posisinya.
Di perjalanan, aku betul-betul hampir meledak. Jalanan tak mungkin mulus semua. Sedikit saja gerakan mobil udah cukup untuk membuat tubuhku dan tubuh Jessica bergoyang. Kedua kaki Jessica kukangkangkan, kutaruh di kedua sisi kakiku. Memeknya kuposisikan pas di atas tonjolan kontolku. Enak betul, brani aku sumpah! Tangan kiriku kulingkarkan di pinggang Jessica, supaya posisi pantat dan memeknya tetap di atas kontolku. Tangan kananku kurangkulkan ke belakang tubuh Clara yang tertidur pulas sambil memeluk bantal mobil di sampingku.
Jelas, kedua tanganku itu pun tak bisa diam. Tangan kiriku seperti punya otak sendiri, tak tau malu meraba-raba perut Jessica dan turun terus ke bawah. Awalnya tanganku cuma meraba-raba gundukan memeknya dari luar. Ah, ini aja pun udah nikmat betul kurasa. Kuelus-elus bagian memeknya itu. Tapi tak puas begitu, aku beranikan merogoh ke balik pakaiannya. Kumasukkan tanganku ke dalam celananya, menerobos juga celana dalamnya. Terasa belum ada bulu disitu. Kalau pun ada, otakku tak akan tau. Sensasi yang begitu hebat sudah menguasai pikiranku saat itu. Terus jari-jari tuaku yang kasar ini bergerak. Nah, ini belahannya terasa. Seperti satu garis saja. Kuelus-elus, kuraba-raba. Nikmat, edan, sumpah!
Tangan kananku apa kabar? Jelas, dia pun tak mau diam. Setelah awalnya hanya meraba-raba susu kanan Clara dari luar, tak tau malu tangan kananku menyelusup ke balik tank topnya. Sudah ada beha (atau miniset?) memang di sana. Tapi tak apa, tak kurang nikmatnya. Dengan lembut kuraba-raba dan kuremas-remas tetek mungil si Clara. Merem melek mataku, nikmatnya bukan main.
Sensasinya bukan main! Tangan kiriku mengelus-elus memek si Jessica, tangan kananku meremas lembut tetek si Clara. Percayalah, tak mungkin ada sensasi sehebat ini. Pantatku kugoyang perlahan-lahan, agar kontolku pun tergesek2 ke pantat dan memek Jessica.
Sementara mobil melaju, kekurangajaranku pun meningkat. Perlahan-lahan, kubuka retsleting celanaku dan kukeluarkan kontolku. Selimut yang menutupi sebagian besar tubuh kami memang sangat membantu, sungguh aku berterima kasih pada ide Bu Sylvia tadi. Kontol tuaku ini sudah tegang dan keras bagai besi, kugesek-gesekkan ke paha mulus si Jessica. Bahkan kutarik sedikit sisi bawah celananya dan kudorongkan pantatku biar kepala kontolku tergesek ke bibir memeknya. Guncangan pada mobil yang melaju sungguh membantu aku merasakan gesekan-gesekan cabul ini. Ampun Tuan, ampun Nyonya, tapi inilah nikmat duniawi tertinggi buatku seumur hidup.
Mungkin memang mereka lelah luar biasa. Tak ada tanda-tanda mereka bangun dan tersadar. Sungguh beruntung kurasakan. Dan akhirnya, sekitar setengah jam sebelum sampai ke Medan, aku tak tahan lagi. Kumuntahkan maniku di selangkangan Jessica. Mataku terpejam, gigiku rapat menahan teriakan dari mulutku. Kurasakan ada lumayan banyak maniku tertumpah disitu. Pasti kotor sekali. Kulirik Clara masih tertidur, Jessica pun demikian. Aku menghela nafas panjang. Nikmat, sungguh edan sensasinya. Perlahan-lahan kulap tumpahan maniku dengan selimut itu. Aku yakin masih ada sisa-sisa lendir yang menempel di bibir memek Jessica, tapi kubiarkan saja, ntah knapa otakku pun jadi tak beres lagi. Tapi aku janji pada diriku untuk langsung membawa selimut ini ke tempat cucian sesampainya di Medan nanti…
Besok-besoknya, tak ada perkembangan berarti. Kelihatannya pun Jessica dan Clara (dan juga kedua orang tuanya) tak pernah tau apa yang terjadi di mobil saat itu. Justru aku yang sekarang kelimpungan. Pandanganku terhadap mereka, sudah tak seperti melihat anak majikan atau bahkan cucu lagi. Di mataku, kedua anak ini adalah bidadari molek yang sangat menggairahkan. Aku, si macan tua yang kembali buas, melihat dua kelinci mulus montok berkeliaran di depan mata, siap untuk dimangsa.

Thursday, July 27, 2017

Aku lemas dengan Kontol Perkasa teman suamiku

Heru, 32 th, adalah teman sekantor suamiku yang sebaya dengannya sedangkan aku berumur 28 th. Mereka sering bermain tenis bersama, entah mengapa setiap Heru datang kerumah menjemput suamiku ia selalu menyapaku dengan senyumnya yang khas, sorotan matanya yang dalam selalu memandangi diriku sedemikian rupa apalagi sewaktu aku memakai daster yang agak menerawang tatapannya seakan menembus menjelajahi seluruh tubuhku.

Aku benar benar dibuat risih oleh perlakuannya, sejujurnya aku merasakan sesuatu yang aneh pada diriku, walaupun aku telah menikah 2 tahun yang lalu dengan suamiku, aku merasakan ada suatu getaran dilubuk hatiku ditatap sedemikian rupa oleh Heru. Suatu hari suamiku pergi keluar kota selama 4 hari. Pas di hari minggu Heru datang kerumah maksud hati ingin mengajak suamiku bermain tenis, pada waktu itu aku sedang olahraga dirumah dengan memakai hot pant ketat dan kaos diatas perut.


Ketika kubuka pintu untuknya ia terpana melihat liku liku tubuhku yang seksi tercetak jelas di kaos dan celana pendekku yang serba ketat itu. Darahku berdesir merasakan tatapannya yang tajam itu. Kukatakan padanya suamiku keluar kota sejak 2 hari lalu, dia hanya diam terpaku dengan senyumannya yang khas tidak terlihat adanya kekecewaan diraut mukanya, tiba-tiba ia berkata "..Hesty mau tidak gantiin suamimu, main tenis dengan saya.." Giliran aku yang terpana selama menikah belum pernah aku pergi keluar dengan laki laki selain suamiku tetapi terus terang aku senang mendengar ajakannya, dimataku Heru merupakan figure yang cukup 'gentleman'.


Sementara aku masih ragu-ragu tiba tiba dengan yakin ia berkata "..Cepet ganti pakaian aku tunggu disini.." Entah apa yang mendorongku untuk menerima ajakannya aku langsung mengangguk sambil berlari kekamarku untuk mengganti pakaian. Dikamar Aku termangu hatiku dagdigdug seperti anak SMU sedang berpacaran lalu aku melihat diriku dicermin kupilih baju baju tenisku lalu ketemukan rok tenis putihku yang supermini lalu kupakai dengan blous 'you can see' setelah itu kupakai lagi sweater, wouw.. cukup seksi juga aku ini.., setelah itu aku pakai sepatu olahragaku lalu cepat cepat aku temui Heru didepan pintu "..Ayo Her aku sudah siap.." Heru hanya melongo melihat pakaianku. Jakunnya terlihat naik turun.


Singkat kata aku bermain tenis dengannya dengan penuh ceria, kukejar bola yang dipukulnya, rok miniku berkibar, tanpa sungkan aku biarkan matanya menatap celana dalamku, ada perasaan bangga dan gairah setiap matanya menatap pantatku yang padat bulat ini.


Saking hotnya aku mengejar bola tanpa kuduga aku jatuh terkilir, Heru menghampiriku lalu mengajakku pulang. Setiba di rumah, kuajak Heru untuk mampir dan ia menerimanya dengan senang hati. Heru memapahku sampai ke kamar, lalu membantuku duduk di ranjang. Dengan manja kuminta ia mengambilkan aku minuman di dapur, Heru mengambilkan minuman dan kembali ke kamar mendapatkan aku telah melepas sweater dan sedang memijat betisku sendiri. Ia agak tersentak melihatku, karena aku telah menanggalkan sweaterku sekarang tinggal memakai blous "you can see" longgar yang membuat ketiak dan buah dadaku yang putih mulus itu mengintip nakal, posisi kakiku juga menarik rokmini olahragaku hingga pahaku yang juga putih mulus itu terbuka untuk menggoda matanya.


Tampak sekali ia menahan diri dan mengalihkan pandangan saat memberikan minuman kepadaku. Memang "gentleman" pria ini. penampilannya agak kaku tetapi disertai sikap yang lembut, kombinasi yang tak kudapatkan dari suamiku, ditambah berbagai macam kecocokan di antara kami. Mungkin inilah yang mendorongku untuk melakukan sesuatu hal yang seharusnya tidak dilakukan oleh seorang wanita yang sudah bersuami. Aku menggeser posisiku mendekatinya, lalu kucium pipinya sebagai ucapan terimakasihku. Heru terkejut, namun tak berusaha menghindar bahkan ia menggerakan wajahnya sehingga bibirku beradu dengan bibirnya. Kewanitaanku bangkit walaupun aku tahu ini adalah salah tetapi tanpa kusadari ia mencium bibirku beberapa saat sebelum akhirnya aku merespon dengan hisapan lembut pada bibir bawahnya yang basah.


Kami saling menghisap bibir beberapa saat sampai akhirnya aku yang lebih dulu melepas ciuman hangat kami. "Her.." kataku ragu. Kami saling menatap beberapa saat. Komunikasi tanpa kata-kata akhirnya memberi jawaban dan keputusan yang sama dalam hati kami, lalu hampir berbarengan, wajah kami sama-sama maju dan kembali saling berciuman dengan mesra dan hangat, saling menghisap bibir, lalu lama kelamaan, entah siapa yang memulai, aku dan Heru saling menghisap lidah dan ciuman pun semakin bertambah panas dan bergairah.


Ciuman dan hisapan berlanjut terus, sementara tangan Heru mulai beralih dari betisku, merayap ke pahaku dan membelainya dengan lembut. Darahku semakin berdesir. Mataku terpejam. Entah bagaimana pria bukan suamiku ini bisa menyentuh ragaku selembut ini, semakin kupejamkan mataku semakin melayang perasaanku, dan menikmati kelembutan yang memancing gairah ini. Kembali Heru yang melepas bibirnya dari bibirku. Namun kali ini, dengan lembut namun tegas, ia mendorong tubuhku sambil satu tangannya masih terus membelai pahaku, membuat kedua tanganku yang menahanku pada posisi duduk tak kuasa melawan dan akupun terbaring pasrah menikmati belaiannya, sementara ia sendiri membaringkan tubuhnya miring di sisiku.


Heru mengambil inisiatif mencium bibirku kembali, yang serta merta kubalas dengan hisapan pada lidahnya. Mungkin saat itu gairahku semakin menggelegak akibat tangannya yang mulai beralih dari pahaku ke selangkanganku, membelai barang milikku yang paling sensitif yang masih terbalut celana dalam itu dengan lembut namun pasti.


"Mmhh.. Heruu..sudah terlalu jauh Her.." desahku di sela-sela ciuman panas kami. Aku agak lega saat tangan kekarnya meninggalkan selangkanganku, namun ia mulai menarik blousku hingga terlepas dari jepitan rokku, lalu ia loloskan dari kepalaku. Buah dadaku yang montok dan puting susuku membayang menggoda dari BH-ku yang tipis dan seksi, membuatnya semakin penasaran. Ia kembali mencium bibirku, namun kali ini lidahnya mulai berpindah-pindah ke telinga dan leherku, untuk kembali lagi ke bibir dan lidahku.


Permainannya yang lembut dan tak tergesa-gesa ini membuatku terpancing menjadi semakin bergairah, sampai akhirnya ia mulai memainkan tangannya meraba-raba dadaku dan sesekali menyelipkan jarinya ke balik BH menggesek-gesek putingku yang saat itu sudah tegak mengacung. Tanpa kusadari aku mulai memainkan kaos bajunya, dan setelah bajunya kusingkap terlihat tampilan otot di tubuhnya. Aku melihat dada bidang dan kekar, serta perut sixpacknya di depan mataku. Tak lama ia pun memutuskan untuk mengalihkan godaan bibirnya ke buah dadaku yang masih terbalut BHku.


Diciumi buah dadaku sementara tangannya merogoh ke balik punggungku untuk melepas kait BH-ku. Sama sekali tidak ada protes dariku iapun melempar BH-ku ke lantai sambil tidak buang waktu lagi mulai menjilati putingku yang memang sudah menginginkan ini dari tadi. "Ooohh.. sshh.. aachh.. Heruu.." desahku langsung terlontar tak tertahankan begitu lidahnya yang basah dan kasar menggesek putingku yang terasa sangat peka.


Heru menjilati dan menghisap dada dan putingku di sela-sela desah dan rintihku yang sangat menikmati gelombang rangsangan demi rangsangan yang semakin lama semakin menggelora ini, "..Oooh Heru suuddhaah.. Herr.. stoop..!!" tetapi Heru terus saja merangsangku bahkan tangannya mulai melepas celananya, sehingga kini ia benar-benar telanjang bulat. Penisnya yang besar dan berotot mengacung tegang, karuan aku terbelalak melihatnya, besar dan perkasa lebih perkasa dari penis suamiku, vaginaku tiba tiba berdenyut tak karuan. Oh..tak kupikirkan akibat dari keisenganku tadi yang hanya ingin mencium pipinya saja sekarang sudah berlanjut sedemikian jauh.


Heru melepas putingku lalu bangkit berlutut mengangkangi betisku. Ia menarik rokku dan membungkukkan badannya menciumi pahaku. Kembali bibirnya yang basah dan lidahnya yang kasar menghantarkan rangsangan hebat yang merebak ke seluruh tubuhku pada setiap sentuhannya di pahaku. Apalagi ketika lidahnya menggoda selangkanganku dengan jilatannya yang sesekali melibas pinggiran CD ku, semili lagi menyentuh bibir vaginaku. Yang bisa kulakukan hanya mendesah dan merintih pasrah melawan gejolak birahi, rasa penasaranku menginginkan lebih dari itu tapi akal sehatku masih menyatakan bahwa ini perbuatan yang salah.


Akhirnya, dengan menyibakkan celana dalamku, Heru mengalihkan jilatannya kerambut kemaluanku yang telah begitu basah penuh lendir birahi. "ggaahh.. Heeruu..stoop..ohh.." bagaikan terkena setrum rintihanku langsung menyertai ledakan kenikmatan yang kurasakan saat lidah Heru melalap vaginaku dari bawah sampai ke atas, menyentuh klitorisku.

Kini kami sama-sama telanjang bulat. Tubuh kekar berotot Heru berlutut di depanku. Lobang vaginaku terasa panas, basah dan berdenyut-denyut melihat batang penisnya yang tegang besar kekar berotot berbeda dengan punya suamiku yang lebih kecil. Oohh..betul betul luar biasa napsu birahiku makin mengebu gebu. Entah mengapa aku begitu terangsang melihat batang kemaluan yang bukan punya suamiku.Oooh begitu besar dan perkasa, pikiranku bimbang karena aku tahu sebentar lagi aku akan disetubuhi oleh sahabat suamiku, anehnya gelora napsu birahiku terus mengelegak.

Kupasrahkan diriku ketika Heru membuka kakiku hingga mengangkang lebar lebar, lalu Heru menurunkan pantatnya dan menuntun penisnya ke bibir vaginaku. Kerongkonganku tercekat saat kepala penis Heru menembus vaginaku."Hngk! Besaar..sekalii..Heer.." Walau telah basah berlendir, tak urung penisnya yang demikian besar kekar berotot begitu seret memasuki liang vaginaku yang belum pernah merasakan sebesar ini, membuatku menggigit bibir menahan kenikmatan hebat bercampur sedikit rasa sakit.

Tanpa terburu-buru, Heru kembali menjilati dan menghisap putingku yang masih mengacung dengan lembut, kadang menggodaku dengan menggesekkan giginya pada putingku, tak sampai menggigitnya, lalu kembali menjilati dan menghisap putingku, membuatku tersihir oleh kenikmatan tiada tara, sementara setengah penisnya bergerak perlahan dan lembut menembus vaginaku. Ia menggerak-gerakkan pantatnya maju mundur dengan perlahan, memancing gairahku semakin bergelora dan lendir birahi semakin banyak meleleh di vaginaku, melicinkan jalan masuk penis berotot ini ke dalam liang kenikmatanku tahap demi tahap.


Lidahnya yang kasar dan basah berpindah-pindah dari satu puting ke puting yang lain, membuat kepalaku terasa semakin melayang didera kenikmatan yang semakin bergairah. Akhirnya napsu birahikulah yang menang laki laki perkasa ini benar benar telah menyeretku kepusaran kenikmatan menghisap seluruh pikiran jernihku dan yang timbul adalah rangsangan dahsyat yang membuatku ingin mengarungi permainan seks dengan sahabat suamiku ini lebih dalam.


"Ouuch.. sshh.. aachh.. teruuss.. heeruu.. masukin penismu yang dalaam..!! oouch.. niikmaat.. heerr..!! Baru kali ini lobang vaginaku merasakan ukuran dan bentuk penis yang bukan milik suamiku, yang sama sekali baru ..besaar dan perkasaa.., aku merasakan suatu rangsangan yang hebat didalam diriku. Seluruh rongga vaginaku terasa penuuh, kurasakan begitu nikmatnya dinding vaginaku digesek batang penisnya yang keras dan besaar..!


Akhirnya seluruh batang kemaluannya yang kekar besar itu tertelan kedalam lorong kenikmatanku, memberiku kenikmatan hebat, seakan bibir vaginaku dipaksa meregang, mencengkeram otot besar dan keras ini. Melepas putingku, Heru mulai memaju-mundurkan pantatnya perlahan, "..oouch.. niikmaat.. heeruu..!!" aku pun tak kuasa lagi untuk tidak merespon kenikmatan ini dengan membalas menggerakan pantatku maju-mundur dan kadang berputar menyelaraskan gerakan pantatnya, dan akhirnya napasku semakin tersengal-sengal diselingi desah desah penuh kenikmatan.


"hh.. sshh.. hh.. Heerruu.. oohh ..suungguuhh.. niikmmaat sahyangghh.." Heru membalas dengan pertanyaan "Ohh.. Hestyy nikmatan mana dengan penis suamimu..?" otakku benar benar terhipnotis oleh kenikmatan yang luar biasa..! jawabanku benar benar diluar kesadaranku "Ohh ssh Heruu. penismu besaar sekalii..! jauh lebih nikmaat ..!! Heru makin gencar melontarkan pertanyaan aneh aneh, "..hh..Hesty lagi diapain memekmu sama kontolnya Heru..?" aku bingung menjawabnya, "Bilang lagi dientot..!" Heru memaksaku untuk mengulangnya, tapi dasar aku lagi terombang ambing oleh buaian birahi akupun tidak malu malu lagi mengulangnya "hh.. hh.. sshh.. mmhh..lagi dientot sayaang.."


Terus menerus kami saling memberi kenikmatan, sementara lidah Heru kembali menari di putingku yang memang gatal memohon jilatan lidah kasarnya. Aku benar benar menikmati permainannya sambil meremas-remas rambutnya. Rasa kesemutan berdesir dan setruman nikmat makin menjadi jadi merebak berpusat dari vagina dan putingku, keseluruh tubuhku hingga ujung jariku. Kenikmatan menggelegak ini merayap begitu dahsyat sehingga terasa seakan tubuhku melayang. Penisnya yang dahsyat semakin cepat dan kasar menggenjot vaginaku dan menggesek-gesek dinding vaginaku yang mencengkeram erat.


Hisapan dan jilatannya pada putingku pun semakin cepat dan bernapsu. Aku begitu menikmatinya sampai akhirnya seluruh tubuhku terasa penuh setruman birahi yang intensitasnya terus bertambah seakan tanpa henti hingga akhirnya seluruh tubuhku bergelinjang liar tanpa bisa kukendalikan saat kenikmatan gairah ini meledak dalam seluruh tubuhku. Desahanku sudah berganti dengan erangan erangan liar kata kataku semakin vulgar. "Ahh.. Ouchh.. entootin terus sayaang.. genjoott.. habis memekku..!! genjoott.. kontolmu sampe mentok..!!" Ooohh.. Herruu.. bukan maiin.. eennaaknyaa.. ngeentoot denganmu..!!" mendengar celotehanku, Heru yang kalem berubah menjadi semakin beringas seperti banteng ketaton dan yang membuat aku benar benar takluk adalah staminanya yang bukan maiin perkasaa.., tidak pernah kudapatkan seperti ini dari suamiku.


Aku benar benar sudah lupa siapa diriku yang sudah bersuami ini, yang aku rasakan sekarang adalah perasaan yang melambung tinggi sekali yang ingin kunikmati sepuas puasnya yang belum pernah kurasakan dengan suamiku. Heru mengombang ambingkan diriku di lautan kenikmatan yang maha luas, seakan akan tiada tepinya.


Akhirnya aku tidak bisa lagi menahan gelombang kenikmatan melanda seluruh tubuhku yang begitu dahsyatnya menggulung diriku "Ngghh.. nghh .. nghh.. Heruu.. Akku mau keluaar..!!" pekikanku meledak menyertai gelinjang liar tubuhku sambil memeluk erat tubuhnya mencoba menahan kenikmatan dalam tubuhku, Heru mengendalikan gerakannya yang tadinya cepat dan kasar itu menjadi perlahan sambil menekan batang kemaluannya dalam dalam dengan memutar mutar keras sekalii.. Clitorisku yang sudah begitu mengeras habis digencetnya. "..aacchh.. Heruu.. niikmaat.. tekeen.. teruuss.. itilkuu..!!"


Ledakan kenikmatan orgasmeku terasa seperti 'forever' menyemburkan lendir orgasme dalam vaginaku, kupeluk tubuh Heru erat sekali wajahnya kuciumi sambil mengerang mengerang dikupingnya sementara Heru terus menggerakkan sambil menekan penisnya secara sangat perlahan, di mana setiap mili penisnya menggesek dinding vaginaku menghasilkan suatu kenikmatan yang luar biasa yang kurasakan dalam tubuhku yang tidak bisa kulontarkan dengan kata kata.


Beberapa detik kenikmatan yang terasa seperti 'forever' itu akhirnya berakhir dengan tubuhku yang terkulai lemas dengan penis Heru masih di dalam vaginaku yang masih berdenyut-denyut di luar kendaliku. Tanpa tergesa-gesa, Heru mengecup bibir, pipi dan leherku dengan lembut dan mesra, sementara kedua lengan kekarnya memeluk tubuh lemasku dengan erat, membuatku benar-benar merasa aman, terlindung dan merasa sangat disayangi. Ia sama sekali tidak menggerakkan penisnya yang masih besar dan keras di dalam vaginaku. Ia memberiku kesempatan untuk mengatur napasku yang terengah-engah.


Setelah aku kembali "sadar" dari ledakan kenikmatan klimaks yang memabukkan tadi, aku pun mulai membalas ciumannya, memancing Heru untuk kembali memainkan lidahnya pada lidahku dan menghisap bibir dan lidahku semakin liar. Sekarang aku tidak canggung lagi bersetubuh dengan teman suamiku ini. Gairahku yang sempat menurun tampak semakin terpancing dan aku mulai kembali menggerak-gerakkan pantatku perlahan-lahan, menggesekkan penisnya pada dinding vaginaku. Respon gerakan pantatku membuatnya semakin liar dan aku semakin berani melayani gairahnya yang memang tampaknya makin liar saja.


Genjotan penisnya pada vaginaku mulai cepat, kasar dan liar. Aku benar-benar tidak menyangka bisa terangsang lagi, biasanya setelah bersetubuh dengan suamiku setelah klimax rasanya malas sekali untuk bercumbu lagi tapi kali ini Heru memberiku pengalaman baru walau sudah mengalami klimax yang maha dahsyat tadi tapi aku bisa menikmati rangsangannya lagi oleh genjotan penisnya yang semakin bernapsu, semakin cepat, semakin kasar, hingga akhirnya ledakan lendir birahiku menetes lagi bertubi-tubi dari dalam vaginaku.


Lalu Heru memintaku untuk berbalik, ooh ini gaya yang paling kusenangi "doggy style" dengan gaya nungging aku bisa merasakan seluruh alur alur batang kemaluan suamiku dan sekarang aku akan merasakan batang yang lebih besar lebih perkasa oohh..! dengan cepat aku berbalik sambil merangkak dan menungging kubuka kakiku lebar, kutatap mukanya sayu sambil memelas "..Yeess..Herr..masukin kontol gedemu dari belakang kelobang memekku.." Heru pun menatap liar dan yang ditatap adalah bokongku yang sungguh seksi dimatanya, bongkahan pantatku yang bulat keras membelah ditengah dimana bibir vaginaku sudah begitu merekah basah dibagian labia dalamku memerah mengkilat berlumuran lendir birahiku mengintip liang kenikmatanku yang sudah tidak sabar ingin melahap batang kemaluannya yang sungguh luar biasa itu.


Sambil memegang batang penisnya disodokannya ketempat yang dituju ”Bleess.." ..Ooohh.. Heruu.. teruss.. Herr.. yang.. dalaam..!! mataku mendelik merasakan betapa besaar dan panjaang batang penisnya menyodok liang kenikmatanku, urat urat kemaluannya terasa sekali menggesek rongga vaginaku yang menyempit karena tertekuk tubuhku yang sedang menungging ini. Hambatan yang selalu kuhadapi dengan suamiku didalam gaya 'doggy style' ini adalah pada waktu aku masih dalam tahap 'menanjak' suamiku sudah terlalu cepat keluar, suamiku hanya bisa bertahan kurang dari dua menit.


Tetapi Heru sudah lebih dari 15 menit menggarapku dengan gaya 'doggy style' ini tanpa ada tanda tanda mengendur. Oh bukan maiin..! bagai kesurupan aku menggeleng gelengkan kepalaku, aku benar benar dalamkeadaan ekstasi, eranganku sudah berubah menjadi pekikan pekikan kenikmatan, tubuhku kuayun ayunkan maju mundur, ketika kebelakang kusentakan keras sekali menyambut sodokannya sehingga batang penis yang besaar dan panjaang itu lenyap tertelan oleh kerakusan lobang vaginaku. kenikmatanku bukan lagi pada tahap "menanjak" tapi sudah berada di awang-awang di puncak gunung kenikmatan yang tertinggi.


"Hngk.. ngghh..Heruu..akuu mau keluaar lagii.. aargghh..!!" aku melenguh panjang menyertai klimaksku yang kedua yang kubuat semakin nikmat dengan mendorong pantatku ke belakang keras sekali menancapkan penisnya yang besar sedalam-dalamnya di dalam vaginaku, sambil kukempot kempotkan vaginaku serasa ingin memeras batang kemaluannya untuk mendapatkan seluruh kenikmatan semaksimum mungkin.


Setelah mengejang beberapa detik diterjang gelombang kenikmatan, tubuhku melemas dipelukan Heru yang menindih tubuhku dari belakang. Berat memang tubuhnya, namun Heru menyadari itu dan segera menggulingkan dirinya, rebah di sisiku. Tubuhku yang telanjang bulat bermandikan keringat terbaring pasrah di ranjang, penuh dengan rasa kepuasan yang maha nikmat yang belum pernah aku rasakan sebelumnya dengan suamiku.


Heru memeluk tubuhku dan mengecup pipiku, membuatku merasa semakin nyaman dan puas. "Hesty aku belum keluar sayang..! tolongin aku isepin kontolku sayaang..!" Aku benar benar terkejut aku sudah dua kali klimaks tapi Heru belum juga keluar, bukan main perkasanya. biasanya malah suamiku lebih dulu dari aku klimaksnya kadang kadang aku malah tidak bisa klimaks dengan suamiku karena suamiku suka terburu buru.


Merasa aku telah diberi kepuasan yang luar biasa darinya maka tanpa sungkan lagi kuselomot batang kemaluannya kujilat jilat buah zakarnya bahkan selangkangannya ketika kulihat Heru menggeliat geliat kenikmatan, "..Ohh yess Hes.. nikmat sekalii.. teruss hes.. lumat kontolku iseep yang daleemm.. ohh.. heestyy.. saayaangg..!!" Heru mengerang penuh semangat membuatku semakin gairah saja menyelomot batang kemaluannya yang besar, untuk makin merangsang dirinya aku merangkak dihadapannya tanpa melepaskan batang kemaluannya dari mulutku, kutunggingkan pantatku kuputar putar sambil kuhentak hentakan kebelakang, benar saja melihat gerakan erotisku Heru makin mendengus dengus bagai kuda jantan liar, dan tidak kuperkirakan yang tadinya aku hanya ingin merangsang Heru untuk bisa cepat ejakulasinya malah aku merasakan birahiku bangkit lagi vaginaku terasa berdenyut denyut clitorisku mengeras lagi.


Ohh.. beginikah multiple orgasme yang banyak dibicarakan teman temanku? Selomotanku makin beringas, batang yang besar itu yang menyumpal mulutku tak kupedulikan lagi kepalaku naik turun cepat sekali, Heru menggelinjang hebat, akhirnya kurasakan vaginaku ingin melahap kembali batang kemaluannya yang masih perkasa ini, dengan cepat aku lepas penisnya dari mulutku langsung aku merangkak ke atas tubuhnya kuraih batang kemaluannya lalu kududuki sembari ku tuju ke vaginaku yang masih lapar itu. Bleess.. aachh..aku merasakan bintang bintang di langit kembali bermunculan.


"..Ooohh..Hesty..kau sungguuh seksxyy.. masuukin kontolku..!!" Heru memujiku setinggi langit melihat begitu antutiasnya aku meladeninya bahkan bisa kukatakan baru pertama kali inilah aku begitu antusias, begitu beringas bagai kuda betina liar melayani kuda jantan yang sangat perkasa ini. "..Yess.. Heruu.. yeess.. kumasukkan kontolmu yang perkasa ini..!" kuputar-putar pinggulku dengan cepatnya sekali kali kuangkat pantatku lalu kujatuhkan dengan derass sehingga batang penis yang besar itu melesak dalaam sekali..


"..aachh.. Heestyy.. putaar.. habiisiin kontoolku.. eennakk.. sekaallii..!!" giliran Heru merintih mengerang bahkan mengejang-ngejangkan tubuhnya, tidak bisa kulukiskan betapa nikmatnya perasaanku, tubuhku terasa seringan kapas jiwaku serasa diombang ambing di dalam lautan kenikmatan yang maha luas kucurahkan seluruh tenagaku dengan memutar menggenjot bahkan menekan keras sekali pantatku, kali ini aku yang berubah menjadi ganas dan jalang, bagaikan kuda betina liar aku putar pinggulku dan bagai penari perut meliuk meliuk begitu cepat.


Batang kemaluannya kugenjot dan kupelintir habiss.. bahkan kukontraksikan otot-otot vaginaku sehingga penis yang besar itu terasa bagai dalam vacum cleaner terhisap dan terkenyot didalam liang vaginaku. Dan yang terjadi adalah benar benar membuatku bangga sekali, Heru bagai Layang-layang putus menggelinjang habis kadang mengejangkan tubuhnya sambil meremas pantatku keras sekali, sekali-kali ingin melepaskan tubuhku darinya tapi tidak kuberikan kesempatan itu bahkan kutekan lagi pantatku lebih keras, batang penisnya melesak seluruhnya bahkan rambut kemaluannya sudah menyatu dengan rambut kemaluanku, clitorisku yang lapar akan birahi sudah mengacung keras makin merah membara tergencet batang kemaluannya. Badanku sedikit kumiringkan ke belakang, buah zakarnya kuraih dan kuremas-remas, "..Ooohh.. aachh.. yeess.. Heess.. yeess..!!"
Heru membelalakan matanya sama sekali tidak menyangka aku menjadi begitu beringass..begitu liaar.. menunggangi tubuhnya, lalu Heru bangkit, dengan posisi duduk ia menylomot buah dadaku... aachh tubuhku semakin panaas.. kubusungkan kedua buah dadaku. "..selomot.. pentilku.. dua. duanya.. Herr..yeess..!! ...sshh.. ...oohh..!! mataku menjadi berkunang kunang, "..Ooohh.. Hestyy.. nikmatnya bukan main posisi ini..! batang kontolku melesak dalam sekali menembus memekmu..!" Heru mendengus-dengus kurasakan batang penisnya mengembung pertanda spermanya setiap saat akan meletup, "..Ohh.. sshh..aahh.. Heruu ..keluaar.. bareeng..sayaannghh..!! jiwaku terasa berputar putar..! "..yess..Hess..aku… keluarkan diluar apa didalam..?". "..Ohh.. Heru kontoolmu.. jaangaahhn..dicabuut..keluarin.. didalaam..!!

Tiba tiba bagaikan disetrum jutaan volt kenikmatan tubuhku bergetar hebat sekalii..! dan tubuhku mengejang ketika kurasakan semburan dahsyat di dalam rahimku, "..aachh. jepiit kontoolku.. yeess.. sshh.. oohh.. nikmaatnya.. memekmu Hestyy..!!" Heru memuncratkan air maninya di dalam rongga vaginaku, terasa kental dan banyak sekali. Akupun mengelinjang hebat sampai lupa daratan "..Nggkkh.. sshh.. uugghh.. Heerru.. teekeen kontoolmu.. sampe mentookkhh.. sayaahng.. aarrgghh..!! gelombang demi gelombang kenikmatan menggulung jiwaku, ooh benar benar tak kusangka makin sering klimaks makin luar biaasaa rasa nikmatnya jiwaku serasa terbetot keluar terombang ambing dalam lautan kenikmatan yang maha luas. Kutekan kujepit kekepit seluruh tubuhnya mulai batang penisnya pantatnya pinggangnya bahkan dadanya yang kekar kupeluk erat sekali.


Seluruh tetes air maninya kuperas dari batang kemaluannya yang sedang terjepit menyatu di dalam liang vaginaku. aarrgghh.. Nikmatnya sungguh luar biaasaa!! Oohh Heru aku kuatir akan ketagihan dengan batang penismu yang maha dahsyat ini!! Akhirnya perlahan lahan kesadaranku pulih kembali, klimaks yang ketiga ini membuat tubuhku terasa lemas sekali, Heru sadar akan keterbatasan tenagaku, akhirnya ia membaringkan tubuhku di dadanya yang kekar, aku merasakan kenyamanan yang luar biasa, kepuasanku terasa sangat dihargainya. Tiga kali klimaks bukanlah hal yang mudah bagiku untuk mendapatkannya didalam satu kali permainan seks.


Heru telah menaklukan diriku luaar.. dalaam..!! akan kukenang kejadian ini selama hidupku. Tiba tiba Heru melihat jam lalu dengan muka sedih ia mengatakan kepadaku bahwa ia harus menemui seseorang 10 menit lagi, akupun tak kuasa menahannya, aku hanya mengangguk tak berdaya.


Sepeninggal Heru dari rumah, aku termenung sendirian di ranjang. Suatu kejadian yang sama sekali tak terpikir olehku mulai merebak dalam kesadaranku. Aku telah menikmati perbuatan seks dengan sahabat suamiku bahkan harus kuakui, aku betul betul menikmati kedahsyatan permainan seks dengan sahabat suamiku itu. Tetapi aku telah mengkhianati suamiku. Aku mulai merasakan sesuatu yang salah, sementara di lain pihak, aku sangat menikmatinya dan sangat mengharapkan Heru melakukannya lagi terhadapku.


Hati dan akal sehat terpecah dan menyeretku ke dua arah yang berlawanan. Pergumulan batin terjadi membuatku limbung. Akhirnya kuputuskan untuk mencoba melupakan Heru. Setelah beberapa minggu dalam kondisi seperti ini, hatiku makin tidak menentu, makin kucoba melupakannya makin terbayang seluruh kejadian hari itu, aku masih merasakan tubuhnya yang kekar berkeringat napasnya yang mendengus dengus terngiang sayup sayup terdengar suaranya memanggilku 'sayang'. Heru berhenti bertugas di kantor suamiku. Entah itu keinginannya sendiri atau memang ia dialih tugaskan, aku tidak tahu.

Namun hingga kini, pergumulan batin dalam diriku masih terus berlangsung. Di lain pihak aku tetap ingin mencintai suamiku, walaupun ia tak bisa memberikan apa yang telah diberikan Heru padaku. Aku masih merindukan dan menginginkan sentuhan tangan kekar Heru, dimanakah kau berada Heru..?

Wednesday, July 26, 2017

Bang Andro – Ojek Motor (Bagian 3)

BAGIAN 3
Cerita sebelumnya: Andro menjadi pengojek motor untuk menghidupi istri dan anak balitanya setelah perusahaan tempatnya bekerja ditutup. Kemudian dia berkenalan dengan Rizal, pelanggan setianya yang tiap malam diantar hingga ke rumah. Belakangan Rizal mengakui kalau dirinya seorang gay dan memiliki pacar yang berperilaku kasar. Merasa simpati, Andro mencoba meyakinkan Rizal untuk berhati-hati. Suatu hari, Andro menyelamatkan Rizal dari pertengkaran dengan pacarnya. Malam itu juga pertamakalinya Andro membiarkan dirinya diservis oral oleh Rizal. Bagaimana perasaan Andro selanjutnya?
Follow IG: @bangremy
HARI sudah terang, dan Andro belum bisa menutup mata sejak semalam. Rizal belum bangun. Hari Sabtu ini dia tidak pergi ke kantor. Masih terasa pada batang kemaluannya sensasi kuluman, isapan dan jilatan Rizal semalam. Yang membuat Andro merasa bersalah adalah, dia menikmatinya. Mungkin rasa bersalahnya tidak akan sebesar itu jika yang memberikan seks oral padanya adalah seorang wanita, misalnya. Tapi semalam dia menikmati rangsangan Rizal. Sampai keluar. Apakah sekarang dia menjadi seorang homo? pikir Andro.
Andro lalu bangkit dan menuju kamar mandi untuk mencuci muka dan berganti pakaian. Dia sengaja tidak mandi karena ingin cepat-cepat pergi dari rumah Rizal. Perasaannya masih kacau. Saat dia mengenakan celana jeansnya, Rizal terbangun.
“Mau langsung pulang bang?” tanyanya sambil mengusap mata.
“Iya, Zal..” jawab Andro singkat.
“Enggak ngopi dulu bang? sarapan dulu. Saya buatin nasi goreng.” tawar Rizal sambil berusaha turun dari ranjang.
Andro menggeleng. Dia menyambar jaketnya. “Enggak usah, Zal. Abang pulang dulu…” pamitnya terburu-buru.
Rizal terdiam. Dia hanya memandangi Andro yang keluar kamar. Tak lama terdengar bunyi motor dinyalakan dan suaranya makin menjauh. Rizal melihat kepergian Andro dari balik jendela kamarnya.
Pikiran Andro melayang kemana-mana saat berkendara. Dia yang membanggakan diri sebagai suami setia, kini terjerumus pada perselingkuhan. Dengan lelaki pula.
“Kalau dengan lelaki, tidak dihitung selingkuh, kan?” Pikirnya mencoba mengurangi rasa bersalah.
“Anggap aja berbaik hati sama homo. Homo yang doyan kon***. Dia yang mau kan? Ga ada yang minta tanggung jawab pula. Apalagi sampai hamil. Dibayar juga enggak…” pikiran Andro melantur sambil mencari pembenaran.
Saat tiba di rumah, istri dan anaknya belum datang. Andro masuk ke rumah dan melihat beberapa tumpuk cucian kotor yang mustinya dikerjakan pagi ini.
“Eh, bang Andro baru pulang ya? Itu tadi Ibu Bachtiar ada titip cucian..” sahut Ibu Siti tetangga rumahnya. Dia muncul di pagar sambil menunjuk ke arah sebuah keranjang di atas meja kayu.
Andro terkejut dan salah tingkah.
“I.. iya.. semalam saya nonton bola di pangkalan . Terus keasikan ngobrol sampe ketiduran..” jelas Andro cengengesan berusaha mencari alasan.
Ibu Siti menatapnya bingung. Dia sebenarnya tidak perlu penjelasan apapun dari Andro. “Oh.. gitu ya bang..” katanya sambil keluar dari teras Andro.
“Erm.. makasih ya…” sahut Andro masih salah tingkah.
Malam hari ketika malam tiba, Andro memutuskan untuk tidak mengojek. Dia menyibukkan diri bermain dengan anaknya dengan harapan bayangan perselingkuhannya dengan Rizal dapat lenyap. Namun hal itu ternyata sangat sulit.
Setelah anaknya tidur, Andro berusaha bermesraan dengan istrinya. Karena rasa bersalah, dia memperlakukan istrinya dengan sangat mesra. Menggodanya untuk berhubungan intim. Dikecupnya payudara istrinya lebih dari biasanya seolah menegaskan dia masih menyukai dan bernafsu pada dua bungkahan yang hanya dimiliki wanita sejati itu.
Istri Andro menikmati cumbuan suaminya. Mungkin dia berpikir dia meninggalkan suaminya pergi ke rumah orangtuanya sebelum memberi nafkah batin padanya. Kalau dihitung hitung berarti sudah berhari-hari. Itu sebabnya dia tidak curiga suaminya begitu bernafsu malam ini.
“Mm.. abang… tapi aku lagi halangan.. maaf yah…” sesal istrinya.
Andro tampak kecewa. Dia sebenarnya juga tak ingin memaksa, namun malam itu dia hendak membuktikan dirinya masih tertarik dengan wanita.
Istri Andro kemudian mulai berinisiatif mengulum batang Andro. Dia bukannya tidak pernah memberikan servis oral pada Andro. Awal-awal pernikahan mereka kadang bereksperimen dengan segala posisi berhubungan intim. Lama kelamaan, Andro tidak tega meminta istrinya memberikan sek* oral. Mungkin karena sensasinya biasa saja. Tidak seperti yang dia bayangkan saat menonton film biru. Dan ketika Andro sudah merasakan kuluman Rizal beberapa waktu lalu, yang penuh semangat dan sepenuh hati, lantas membandingkan dengan kuluman istrinya yang rasanya seperti sedang menunaikan kewajiban, Andro langsung meraih tubuh istrinya dan memeluknya. Memintanya dengan bahasa tubuh agar menghentikan aksinya.
Istri Andro merasa menyesal tak bisa menyenangkan suaminya malam itu, dia hanya terdiam dalam pelukan suaminya yang tertidur.
Hari kerja sudah dimulai kembali. Rutinitas menjemput Rizal juga kembali dilakoni Andro. Tiga hari pertama Andro mencoba bersikap biasa karena Rizal sepertinya juga bersikap sangat biasa seolah tak terjadi apa-apa akhir pekan lalu. Andro merasa, mungkin bagi Rizal mengisap kont*l laki-laki itu bukan hal besar. Berpikir seperti itu membuat Andro menjadi marah, karena baginya pengalaman itu sulit dilupakan.
“Diem aja bang?” Tanya Rizal di boncengan sambil tetap merangkul pinggang Andro.
“Hmm…” Andro hanya bergumam. Dia tiba-tiba mengencangkan gas hingga Rizal terlompat dan memeluk Andro lebih keras.
Sesampainya di rumah Rizal, Andro menghentikan motornya hingga berdecit. Kepala Rizal terantuk pada helm Andro.
“Abang kenapa, sih?” Tanya Rizal gusar. Dia cepat-cepat turun dari motor dan mengeluarkan selembar uang untuk membayar ongkos.
“Gak usah…” ujar Andro ketus.
“Sejak kapan ada perjanjian jemput antar gratis?” Sahut Rizal tak mau kalah. Dia menjejalkan uang itu ke kantung jaket Andro
Andro berdecak kesal dan meraih tangan Rizal. Dia Mencengkeram pergelangan tangan Rizal berusaha mengeluarkan tangan itu dari sakunya.
“Abang marah sama kejadian itu? Maaf bang.. Rizal minta maaf kalau udah berani lancang. Tapi abang juga enggak nolak kan?”
Andro melotot. “Homo kalau ngegarap kontol udah biasa kali ya? Udah gitu kayak enggak terjadi apa-apa..” hinanya.
Rizal menjadi geram. Dia mendorong keras bahu Andro dengan wajah memerah. “Jangan kurang ajar kamu, bang! Paginya abang pergi begitu aja. Buat saya itu pernyataan bahwa yang terjadi malam itu cukup buat malam itu aja. Saya juga tahu abang punya keluarga. Gak masalah kalau kita berdua lupain hal itu kan?”
Wajah Andro memerah. Dia menyadari kesalahannya. Justru sikapnyalah yang aneh. Seolah-olah dia tidak bisa melupakan itu. Padahal seharusnya dia berlaku biasa saja melanjutkan hidupnya menjadi pria “lurus” kembali.
“Jadi sama sekali enggak berarti buat kamu Zal? Yasudah.. abang juga… kita lupain aja kejadian itu.” sahut Andro.
Rizal memalingkan wajahnya. Bibirnya terkatup rapat dan matanya berkaca-kaca.
“Enggak bang.. saya susah lupain. Terus terang saya kagum sama abang.. tapi abang udah saya anggap kakak sendiri walau…”
“Walau kenapa?” Tanya Andro sambil mendekati Rizal.
“Walau.. tetap rasanya seperti mimpi. Bisa ngerasain kontol abang.. saya masih bisa ingat kentalnya… rasanya di lidah…” lanjut Rizal.
Ucapan Rizal entah mengapa membuat Andro bergairah. Ditatapnya Rizal. Tanpa sadar jarinya mengusap bibir Rizal. Seolah-olah merindukan betapa mulut itu memberikan kenikmatan tak terlupakan pada Andro. Rizal mengecup jari Andro saat dia mengusap bibirnya.
“Abang juga.. ehm..masih ga bisa lupain..”  balas Andro malu-malu.
Rizal memberikan isyarat supaya Andro diam. Dia meraih telapak tangan Andro dan menuntunnya masuk ke dalam rumah.
Andro menurut walau masih canggung, ketika Rizal menyuruhnya duduk di sofa. Dia merasakan batangnya sudah mulai mengeras. Jantungnya berdebar keras. Sekali lagi dia akan membiarkan seorang pria menggarap k0ntolnya. Perasaan dan luapan libido yang sudah lama tidak dia rasakan. Rasanya seperti saat-saat sebelum menikah resmi, mencari-cari kesempatan untuk bermesraan walau masih terlarang. Tabu yang malah memacu adrenalin mengalir deras.
Rizal melepas kemeja kerjanya dan juga celananya di hadapan Andro. Nafas Andro memburu menyaksikan Rizal berlutut di antara kedua pahanya.
Andro sudah merasa tak sabar menunggu Rizal mengulum kontolnya. Tapi momen seperti ini bagi Rizal adalah momen langka. Sebisa mungkin dia menunda dan menggoda Andro. Rizal menggenggam batang Andro yang mulai tegak mengeras. Mengendusnya sambil memejamkan mata menikmati aroma kejantanannya. Kemudian Rizal menjulurkan lidahnya dan dengan ujungnya dia mengusap kulit berurat batang Andro dari pangkal sampai nyaris ujungnya.
Andro mendesis tertahan. Pahanya menegang. Dia menutup wajahnya dengan telapak tangannya. Rizal mencucup kepala kontol Andro dengan bibirnya. Dia membiarkan sedikit liurnya mengalir ke bawah pada batang Andro.
Inspirasi muncul di kepala Andro. Dia tahu bagaimana Rizal yang gay dan mengagumi tubuh kekarnya akan bergairah jika Andro memberikan sebuah penyemangat dengan cara membuka kausnya. Giliran Andro menggoda Rizal sambil menyunggingkan senyum dengan cara mengekspos tubuh kekar berototnya. Diletakkan kedua telapak tangannya di belakang kepala sehingga ketiaknya yang ditumbuhi rambut rapi terlihat jelas menggoda. Tonjolan bisepsnya dan deretan sixpacks pada perutnya pun semakin terlihat jelas.
Rizal terkesiap melihat pemandangan indah di hadapannya. Benar saja. Dia langsung melahap batang Andro penuh semangat. Andro menggeram. Sekali lagi dia merasakan sensasi nikmat servis oral yang terasa berbeda. Penuh semangat, dedikasi, gairah untuk memuaskannya namun juga ikut menikmati. Bukan karena kewajiban semata dalam rasa keterpaksaan.
Andro masih menolak saat Rizal mencoba meraba dada dan putingnya. Andro beberapa kali menepis telapak tangan Rizal dari tempat yang tidak seharusnya dia sentuh. Tapi Andro membiarkan jemari Rizal memainkan kedua zakarnya. Hingga akhirnya Andro tak kuasa menahan rasa nikmat yang diberikan Rizal. Dia menutup wajahnya. Perutnya menegang saat dia sampai pada puncak orgasme dan memancarkan cairan spermanya berkali kali di dalam mulut Rizal sambil menggeram.
Nikmat bercampur ngilu terasa pada batang Andro dan secara reflek dia hendak mengangkat kepala Rizal agar dia berhenti mengulum batangnya yang menjadi terasa sensitif.  Namun Rizal menjerit tertahan sambil menolak melepaskan batang Andro dan tetap mengulumnya.
“Brengsek!” Maki Andro. Tapi dia Pasrah sambil menggeliat menahan rasa nikmat bercampur sensitif pada batangnya saat dia melihat Rizal mengocok batangnya sendiri meraih orgasmenya sambil mulutnya terus mengisap batang Andro dengan mengatupkan bibirnya rapat-rapat.
“Aaaarggh…” erang Andro tak tahan saat isapan Rizal menjadi sangat kuat ketika Rizal dalam puncak birahi dan memuntahkan cairan kentalnya. Rizal terkulai lemas sambil terengah-engah. Dia akhirnya melepaskan batang Andro yang sudah melembek namun tetap basah itu dari mulutnya. Matanya sayu dan wajahhya memerah lembab oleh keringat. Sementara itu bibirnya basah oleh liur bercampur sperma Andro.
Entah kenapa Andro terbahak-bahak. Dia menutup wajahnya sambil bersandar ke sofa.
“Apa yang lucu, bang?” Tanya Rizal sambil berusaha bangkit dan mengelap bagian tubuhnya yang terkena ceceran spermanya.
“Kamu ganas juga ya, Zal?” Kekeh Andro.
“Tapi puas kan?” Goda Rizal sambil mengelap wajahnya dengan kaus.
Andro tak menjawab. Dia menatap Rizal serius. Tiba-tiba dia bangkit dan mendekati Rizal. Dikecupnya pipi Rizal hingga pemuda itu terdiam.
Tak lama Andro menjadi salah tingkah. Dia berdeham lalu berkata.
“Ehm.. abang pinjem kamar mandinya ya, buat bersih-bersih.”
Rizal mengangguk.
Keduanya kemudian berpisah tanpa banyak bicara. Tapi Andro merasa, hubungan seperti ini akan dia lakukan lagi nanti. Tentu saja tidak setiap hari. Karena dia harus berbagi libido dengan istrinya yang sah. Oleh karena itu, walaupun dia sangat menginginkan servis oral dari Rizal hampir tiap malam, Andro memilih untuk tidak melakukannya walau Rizal memberi kode bersedia memberikan kenang-kenangan setiap kali Andro selesai mengantarnya sampai ke rumah.
“Nanti aja ya? Mau kasih jatah istri..” tolak Andro terkekeh sambil menepuk pipi Rizal dan berpamitan malam itu setelah selesai menunaikan tugas mengantar Rizal.
“Oke bang.. hmm.. gagal lagi malam ini minum protein. Hehe..” goda Rizal agak kecewa.
Andro terbahak. Dia sebenarnya akan memberi kejutan besok pagi di hari Sabtu. Seperti biasa istrinya tahu jika Andro dan Rizal akan berangkat ke pusat kebugaran bersama setiap hari itu. Oleh karena itu, Andro berharap waktu itu dimanfaatkan olehnya untuk bersenang-senang dengan Rizal sebelum berolah raga.
Dengan hati senang penuh harap dan membayangkan k0ntolnya dihisap oleh Rizal, Andro mengendarai motornya sambil tersenyum sepanjang jalan. Setibanya di rumah Rizal, dia melihat mobil yang dikenalnya terparkir di halaman. Andro mengurungkan niatnya untuk masuk dan memilih berhenti agak jauh dari rumah Rizal. Betapa terkejut dan kecewanya Andro melihat Rizal keluar bersama Fadli, laki-laki yang pernah diakui Rizal sebagai kekasihnya yang sering menyakitinya.
Rizal tampak tersenyum melepas kepergian Fadli. Andro geram karena seharusnya laki-laki itu tak boleh mendekati Rizal lagi setelah diancamnya.
Andro menunggu hingga Fadli pergi dan tak sabar ingin mendengar penjelasan dari Rizal.
-bersambung-