Aku tinggal di
kompleks perumahan swasta di Bekasi. Suamiku termasuk orang yang super
duper sibuk. Sebagai arsitek gedung profesional, tugasnya boleh
dibilang tidak normal dan tidak kenal waktu. Walaupun aku tau dia
sangat menyayangiku, bahkan mungkin sangat memuja diriku, aku sangat
kesepian. Aku sering sendiri dan banyak melamun menghayal betapa
nikmatnya dalam sepi itu bersama Mas Surya, begitu nama suamiku,
mengeloni aku. Saat-saat seperti itu membuat Nafsu Birahi ku naik. Dan
apabila aku nggak mampu menahan gairah Memek Ngentot ku, aku ambil buah
ketimun yang selalu tersedia di dapur. Aku melakukan masturbasi
membayangkan Ngentot dengan seorang lelaki, yang tidak selalu suamiku
sendiri, hingga meraih kepuasan.
Yang sering hadir dalam
khayalan seksualku justru Bapak Danu, Pak RT di kompleks itu. Walaupun
usianya sudah di atas 50 tahun, 22 tahun di atas suamiku dan 28 tahun
di atas umurku, kalau membayangkan Bapak Danu ini, aku bisa cepat
meraih klimaks ku. Bahkan saat-saat aku bersebadan dengan Mas Suryapun,
tidak jarang khayalan seksku membayangkan seakan Bapak Danulah yang
sedang menggeluti aku. Aku nggak tahu kenapa. Tetapi memang aku akui,
selama ini aku selalu membayangkan Kontol lelaki yang gedee banget.
Nafsuku langsung melonjak kalau khayalanku nyampai ke sana. Dari
tampilan tubuhnya yang tetap kekar dan kokoh walaupun tua, aku
bayangkan kontol Bapak Danu juga kekar dan kokoh. Gede, panjang dan
pasti tegar dilingkari dengan urat-urat di sekeliling batangnya.
Ooohh.., betapa nikmatnya dientot kontol macam itu ..
Di
kompleks itu, di antara ibu-ibu atau istri-istri, aku merasa akulah yang
paling cantik. Dengan usiaku yang 28 tahun, tinggi 158 cm dan berat 46
kg, orang-orang bilang tubuhku sintal banget. Mereka bilang aku
seperti Sarah Azhari, Artis Cewek Cantik Seksi Indonesia yang binal
adik dari Ayu Azhari bintang sinetron. Apalagi kalau aku sedang memakai
celana jeans dengan blus tipis yang membuat buah dadaku yang cukup
besar membayang. Hatiku selangit mendengar pujian mereka ini..
Pada
suatu ketika, tetangga kami punya hajatan, menyunatkan anaknya. Biasa,
kalau ada tetangga yang punya kerepotan, kami se-RT rame-rame
membantu. Apa saja, ada yang di dapur, ada yang ngurus pelaminan, ada
yang bikin hiasan atau menata makanan dan sebagainya. Aku biasanya
selalu kebagian bikin pelaminan. Mereka tahu aku cukup berbakat seni
untuk membuat dekorasi pelaminan itu. Mereka selalu puas dengan hasil
karyaku.
Aku menggunakan bahan-bahan dekorasi yang
biasanya aku beli di Pasar Kranji. Pagi itu ada beberapa bahan yang aku
butuhkan belum tersedia. Di tengah banyak orang yang pada sibuk
macam-macam itu, aku bilang pada Mbak Karti, yang punya hajatan, untuk
membeli kekurangan itu.
'Kebetulan Bu Dian, tuh Bapak Danu
mau ke Senen, mbonceng saja sama dia', Bu Kasno nyampaikan padaku
sambil nunjuk Bapak Danu yang nampak paling sibuk di antara bapak-bapak
yang lain.
'Emangnya Bapak Danu mau cari apaan?, aku nanya.
'Inii,
mau ke tukang tenda, milih bentuk tenda yang mau dipasang nanti sore.
Sama sekalian sound systemnya', Bapak Danu yang terus sibuk menjawab
tanpa menengok padaku.
'Iyaa deh, aku pulang bentar ya Bapak
Danu, biar aku titip kunci rumah buat Mas Surya kalau pulang nanti'.
Segalanya berjalan seperti air mengalir tanpa menjadikan perhatian pada
orang-orang sibuk yang hadir disitu.
Sekitar 10 menit
kemudian, dengan celana jeans dan blus kesukaanku, aku sudah duduk di
bangku depan, mendampingi Bapak Danu yang nyopirin Inova nya. Udara AC
di mobil Bapak Danu nyaman banget sesudah sepagi itu diterpa panasnya
udara Jakarta. Pelan-pelan terdengar alunan dangdut dari radio Mara
yang terdapat di mobil itu.
Saat itu aku jadi ingat
kebiasaanku mengkhayal. Dan sekarang ini aku berada dalam mobil hanya
berdua dengan Bapak Danu yang sering hadir sebagai obyek khayalanku
dalam hubungan seksual. Tak bisa kutahan, mataku melirik ke arah
selangkangan di bawah kemudi mobilnya. Dia pakai celana drill coklat
muda. Aku lihat di arah pandanganku itu nampak menggunung. Aku nggak
tahu apakah hal itu biasa. Tetapi khayalanku membayangkan itu mungkin
kontolnya yang gede dan panjang.
Saat aku menelan ludahku
membayangkan apa di balik celana itu, tiba-tiba tangan Bapak Danu
nyelonong menepuk pahaku. 'Ibu Dian ini mau beli apaan? Di Keranji
sebelah mana?', sambil dia sertai pertanyaan ini dengan nada
ke-bapak-an.
Dan aku bener-bener kaget lho. Aku nggak pernah membayangkan Pak RT ini kalau ngomong sambil meraba yang di ajak ngomong.
'Kertas
emas dan hiasan dinding, Pak. Di sebelah toko mainan di pasar inpress
ituu..', walaupun jantungku langsung berdegup kencang dan nafasku
terasa sesak memburu, aku masih berusaha se-akan-akan tangan Bapak Danu
di pahaku ini bukan hal yang aneh.
Tetapi rupanya Bapak Danu
nggak berniat mengangkat lagi tangannya dari pahaku, bahkan ketika dia
jawab balik, 'Ooo, yyaa.. aku tahu ..', tangannya kembali menepuk-nepuk
dan digosok-gosokkanya pada pahaku seakan sentuhan bapak yang
melindungi anaknya.
Ooouuiihh.. aku merasakan kegelian
yang sangat, aku merasakan desakan erotik, mengingat dia selalu menjadi
obyek khayalan seksualku. Dan saat Bapak Danu merabakan tangannya lebih
ke atas menuju pangkal pahaku, reaksi spontanku adalah menurunkan
kembali ke bawah. Dia ulangi lagi, dan aku kembali menurunkan. Dia
ulangi lagi dan aku kembali menurunkan. Anehnya aku hanya menurunkan,
bukan menepisnya. Yang aku rasakan adalah aku ingin tangan itu memang
tidak diangkat dari pahaku. Hanya aku masih belum siap untuk lebih jauh.
Nafasku yang langsung tersengal dan jantungku yang berdegap-degup
kencang belum siap menghadapi kemungkinan yang lebih menjurus.
Bapak
Danu mengalah. Tetapi bukan mengalah bener-bener. Dia tidak lagi
memaksakan tangannya untuk menggapai ke pangkal pahaku, tetapi dia
rubah. Tangan itu kini meremasi pahaku. Gelombang nikmat erotik langsung
menyergap aku. Aku mendesah tertahan. Aku lemes, tak punya daya
apa-apa kecuali membiarkan tangan Bapak Danu meremas pahaku. 'Dik
Maarr..', dia berbisik sambil menengok ke aku.
Tiba-tiba
di depan melintas bajaj, memotong jalan. Bapak Danu sedikit kaget.
Otomatis tangannya melepas pahaku, meraih presnelling dan melepas
injakan gas. Kijang ini seperti terangguk. Sedikit badanku terdorong ke
depan. Selepas itu tangan Bapak Danu dikonsentrasikan pada kemudi.
Jalanan ke arah Senen yang macet membuat sopir harus sering memindah
presnelling, mengerem, menginjak gas dan mengatur kemudi. Aku senderkan
tubuhku ke jok. Aku nggak banyak ngomong. Aku kepingin tangan Bapak
Danu itu kembali ke pahaku. Kembali meremasi. Dan seandainya tangan itu
merangkak ke pangkal pahaku akan kubiarkan. Aku menjadi penuh disesaki
dengan birahi. Mataku kututup untuk bisa lebih menikmati apa yang
barusan terjadi dan membiarkan pikiranku mengkhayal.
Benar.
Sesudah jalanan agak lancar, tangan Bapak Danu kembali ke pahaku. Aku
benar-benar mendiamkannya. Aku merasakan kenikmatan jantungku yang
terpacu dan nafasku yang menyesak dipenuhi rangsangan birahi. Langsung
tangan Bapak Danu meremasi pahaku. Dan juga naik-naik ke pangkal
pahaku. Tanganku menahan tangannya. Eeeii malahan ditangkapnya dan
diremasinya. Dan aku pasrah. Aku merespon remasannya. Rasanya nikmat
untuk menyerah pada kemauan Bapak Danu. Aku hanya menutup mata dengan
tetap bersender di jok sambil remasan di tangan terus berlangsung.
Sekali aku nyeletuk,
'N'tar dilihat orang Pak',
'Ah, nggaakk mungkin, kacanya khan gelap. Orang nggak bisa melihat ke dalam', aku percaya dia.
Sesudah beberapa saat rupanya desakan birahi pada Bapak Danu juga menggelora,
'Sayang.. kita jalan-jalan dulu mau nggak?', dia berbisik ..
'Kemana..?', pertanyaanku yang aku sertai harapan hatiku ..
'Ada deh.. Pokoknya Sayang mau khan..'.
'Terserah Bapak Danu.., Tapinya n'tar ditungguin orang-orang .., n'tar orang-orang curiga .. lho'.
'Iyaa,
jangan khawatirr.., paling lama sejamlah.', sambil Bapak Danu
mengarahkan kemudinya ke tepi kanan mencari belokan ke arah balik. Aku
nggak mau bertanya, mau ngapain 'sejam'??
Persis di bawah
jembatan penyeberangan dekat daerah Galur, Bapak Danu membalikkan
mobilnya kembali menuju arah Cempaka Putih. Ah.. Bapak Danu ini pasti
sudah biasa begini. Mungkin sama ibu-ibu atau istri-istri lainnya. Aku
tetap bersandar di jok sambil menutup mataku pura-pura tiduran. Dengan
penuh gelora dan deg-degan jantungku, aku menghadapi kenyataan bahwa
beberapa saat lagi, mungkin hanya dalam hitungan menit, akan mengalami
saat-saat yang sangat menggetarkan. Saat-saat seperti yang sering aku
khayalkan. Aku nggak bisa lagi berpikir jernih. Edan juga aku ini.., apa
kekurangan Mas Surya, kenapa demikian mudah aku menerima ajakan Bapak
Danu ini. Bahkan sebelumnya khan belum pernah sekalipun selama 8 tahun
pernikahan aku disentuh apalagi digauli lelaki lain.
Yang
aku rasakan sekarang ini hanyalah aku merasa aman dekat Bapak Danu.
Pasti dia akan menjagaku, melindungiku. Pasti dia akan mengahadpi aku
dengan halus dan lembut. Bagaimanapun dia adalah Pak RT kami yang
selama ini selalu mengayomi warganya. Pasti dia nggak akan merusak
citranya dengan perbuatan yang membuat aku sakit atau terluka. Dan
rasanya aku ingin banget bisa melayani dia yang selama ini selalu jadi
obyek khayalan seksualku. Biarlah dia bertindak sesuatu padaku
sepuasnya. Dan juga aku ingin merasakan bagaimana dia memuaskan aku
pula sesuai khayalanku.
Agu gemetar hebat. Tangan-tanganku
gemetar. Lututku gemetar. Kepalaku terasa panas. Darah yang naik ke
kekepalaku membuat seakan wajahku bengap. Dan semakin kesana, semakin
aku nggak bisa mencabut persetujuanku atas ajakan 'jalan-jalan dulu'
Bapak Danu ini.
Tiba-tiba mobil terasa membelok ke sebuah
tempat. Ketika aku membuka mata, aku lihat halaman yang asri penuh
pepohonan. Di depan mobil nampak seorang petugas berlarian menuntun
Bapak Danu menuju ke sebuah garasi yang terbuka. Dia acungkan tangannya
agar Bapak Danu langsung memasuki garasi berpintu rolling door itu,
yang langsung ditutupnya ketika mobil telah yakin berada di dalam
garasi itu dengan benar. Sedikit gelap. Ada cahaya kecil di depan.
Ternyata lampu di atas sebuah pintu yang tertutup. Woo.. aku agak panik
sesaat. Tak ada jalan untuk mundur. Kemudian kudengar Bapak Danu
mematikan mesin mobilnya.
'Nyampai Sayang ..',
'Di
mana ini Pak ..?', terus terang aku nggak tahu di mana tempat yang
Bapak Danu mengajak aku ini. Tetapi aku yakin inilah jenis 'losmen' yang
sering aku dengar dari temen-temen dalam obrolan-obrolan porno dalam
arisan yang diselenggarakan ibu-ibu kompleks itu.
Bapak Danu tidak
menjawab pertanyaanku, tetapi tangannya langsung menyeberang melewati
pinggulku untuk meraih setelan jok tempat dudukku. Jok itu langsung
bergerak ke bawah dengan aku tergolek di atasnya. Dan yang kurasakan
berikutnya adalah bibir Bapak Danu yang langsung mencium mulutku dan
melumat. Uh uh uh .. Aku tergagap sesaat.. sebelum aku membalas
lumatannya. Kami saling melepas birahi. Aku merasakan lidahnya menyeruak
ke rongga mulutku. Dan reflekku adalah mengisapnya. Lidah itu
menari-nari di mulutku. Bau lelaki Bapak Danu menyergap hidungku.
Beginilah rasanya bau lelaki macam Bapak Danu ini. Bau alami tanpa
parfum sebagaimana yang sering dipakai Mas Surya. Bau Pak RT yang telah
55 tahun tetapi tetap memancarkan kelelakian yang selama ini selalu
menyertai khayalanku saat masturbasi maupun saat aku disebadani Mas
Surya. Bau yang bisa langsung menggebrak libidoku, sehingga nafsu
birahiku lepas dengan liarnya saat ini..
Sambil melumat,
tangan-tangan Bapak Danu juga merambah tubuhku. Jari-jarinya melepasi
kancing-kancing blusku. Kemudian kurasakan remasan jari kasar pada buah
dadaku. Uuiihh .. tak tertahankan. Aku menggelinjang. Menggeliat-geliat
hingga pantatku naik-naik dari jok yang aku dudukin disebabkan
gelinjang nikmat yang dahsyat. Sekali lagi aku merasa edaann .. aku
digeluti Pak RT ku.
Bibir Bapak Danu melumatku, dan aku
menyambutnya dengan penuh kerelaan yang total. Akulah yang sesungguhnya
menantikan kesempatan macam ini dalam banyak khayalan-khayalan
erotikku. Ohh .. Bapak Danuo .. Tolongin akuu Bapakeee .. Puaskanlah
menikmati tubuhkuu ..Paak, .. semua ini untuk kamu Paak .. Aku hauss ..
Paak .. Tulungi akuu Paakk.
'Kita turun nyok Sayang .., kita masuk dulu ..', Bapak Danu menghentikan lumatannya dan mengajak aku memasuki losmen ini.
Begitu
masuk kudengar telpon berdering. Rupanya dari kantor losmen itu. Bapak
Danu menanyakan aku mau minum apa, atau makanan apa yang aku inginkan
yang bisa diantar oleh petugas losmen ke kamar. Aku terserah Bapak Danu
saja. Aku sendiri buru-buru ke kamar kecil yang tersedia. Memek ku
kebelet pengin kencing.
Saat kembali ke peraduan kulihat
Bapak Danu sudah telentang di ranjang. Agak malu-malu aku masuk ke
kamar tidur ini, apalagi setelah melihat sosok tubuh Bapak Danu itu.
Dia menatapku dari ekor matanya, kemudian memanggil, 'Sini Sayang .. ',
uh uh .. Omongan seperti itu .. masuk ketelingaku pada saat macam
begini ..aku merasakan betapa sangat terangsang seluruh syaraf-syaraf
libidoku. Aku, istri yang sama sekali belum pernah disentuh lelaki lain
kecuali suamiku, hari ini dengan edannya berada di kamar losmen dengan
seseorang, yaitu Bapak Danu, yang Pak RT kompleks rumahku, yang bahkan
jauh lebih tua dari suamiku, bahkan hampir 2 kali usiaku sendiri. Dan
panggilanya yang ..'Sini Sayang', itu .. terasa sangat erotis di
telingaku.
Aku inilah yang disebut istri nyeleweng. Aku
inilah istri yang selingkuh..uh uh uh .. Kenapa begitu dahsyat birahi
yang melandaku kini. Birahi yang didongkrak oleh pengertiannya akan
makna selingkuh dan aku tetap melangkah ke dalamnya. Birahi yang
dibakar oleh pengertian nyeleweng dan aku terus saja melanggarnya. Uhh
.. aku nggak mampu menjawab semuanya kecuali rasa pasrah yang menjalar
.. Dan saat aku rubuh ke ranjang itu, yang kemudian dengan serta merta
Bapak Danu menjemputku dengan dekapan dan rengkuhan di dadanya, aku
sudah benar-benar tenggelam dalam pesona dahsyatnya istri yang
nyeleweng dan selingkuh, yang menunggu saat-saat lanjutannya yang akan
dipenuhi kenikmatan dan gelinjang yang pasti sangat hebat bagi istri
penyeleweng pemula macam aku ini.
'Sayang .. Aku sudah
lama merindukan Sayang ini. Setiap kali aku lihat itu gambar bintang
film Sarah Azhari yang sangat mirip Sayang .. Hatiku selalu terbakar ..
Kapann aku bisa merangkul Sayang macam ini ..'.
Bukan main
ucapan Bapak Danu. Telingaku merasakan seperti tersiram air sejuk
pegunungan. Berbunga-bunga mendengar pujian macam itu. Dan semakin
membuat aku rela dan pasrah untuk digeluti Bapak Danu yang gagah ini.
Bapak Danu..Kekasihkuu.. Dia balik dan tindih tubuhku.
Dia
langsung melahap mulutku yang gelagapan kesulitan bernafas. Dia
masukkan tangannya ke blusku. Dirangkulinya tubuhku, ditekankannya
bibirnya lebih menekan lagi. Disedotnya lidahku. Disedotnya sekaligus
juga ludahku. Sepertinya aku dijadikan minumannya. Dan sungguh aku
menikmati kegilaannya ini. Kemudian tangannya dia alihkan, meremasi
kedua susuku yang kemudian dilepaskannya pula. Ganti bibirnyalah yang
menjemput susuku dan puting-putingnya. Dia jilat dan sedotin
habis-habisan. Dan yang datang padaku adalah gelinjang dari
saraf-sarafku yang meronta. Aku nggak mampu menahan gelinjang ini
kecuali dengan rintihan yang keluar dari mulutku ..Bapakeee ..Bapakeee
.. Bapakeee ..ampun nikmattnya Bapakeee..
Tangannya yang
lepas dari susuku turun untuk meraih celana jeansku. Dilepasi kancing
celanaku dan dibuka resluitingnya. Tangannya yang besar dan kasar itu
mendorongnya hingga celanaku merosot ke paha. Kemudian tangan itu
merogoh celana dalamku. Aaaiiuuhh.. tak terperikan kenikmatan yang
mendatangi aku. Aku tak mampu menahan getaran jiwa dan ragaku.
Saat-saat jari-jari kasar itu merabai bibir kemaluanku dan kemudian
meremasi kelentitku ..aku langsung melayang ke ruang angkasa tak
bertepi. Kenikmatan .. sejuta kenikmatan .. ah .. Selaksa juta
kenikmatan Bapak Danu berikan padaku lewat jari-jari kasarnya itu.
Jari-jari
itu juga berusaha menusuk lubang vaginaku. Aku rasakan
ujungnya-unjungnya bermain di bibir lubang itu. Cairan birahiku yang
sudah menjalar sejak tadi dia toreh-toreh sebagai pelumas untuk
memudahkan masuknya jari-jarinya menembusi lubang itu. Dengan bibir yang
terus melumati susuku dan tangannya merangsek kemaluanku dengan
jari-jarinya yang terus dimainkan di bibir lubang vaginaku ..Ohh..
kenapa aku ini ..Ooohh.. Mas Surya .. maafkanlah akuu .. Ampunilahh ..
istrimu yang nggak mampu mengelak dari kenikmatan tak bertara ini ..
ampunilah Mas Surya .. aku telah menyelewengg .. aku nggak mampuu maass
..
Bapak Danu terus menggumuli tubuhku. Blusku yang sudah
berantakan memudahkan dia merangsek ke ketiakku. Dia jilati dan sedoti
ketiakku. Dia nampak sekali menikmati rintihan yang terus keluar dari
bibirku. Dia nampaknya ingin memberikan sesuatu yang nggak pernah aku
dapatkan dari suamiku. Sementara jari-jarinya terus menusuki lubang
vaginaku. Dinding-dindingnya yang penuh saraf-saraf peka birahi dia
kutik-kutik, hingga aku serasa kelenger kenikmatan. Dan tak terbendung
lagi, cairan birahiku mengalir dengan derasnya.
Yang
semula satu jari, kini disusulkan lagi jari lainnya. Kenikmatan yang
aku terimapun bertambah. Bapak Danu tahu persis titik-titik kelemahan
wanita. Jari-jarinya mengarah pada G-spotku. Dan tak ayal lagi. Hanya
dengan jilatan di ketiak dan kobokan jari-jari di lubang vagina aku
tergiring sampai titik dimana aku nggak mampu lagi membendungnya. Untuk
pertama kali disentuh lelaki yang bukan suamiku, Bapak Danu berhasil
membuatku orgasme.
Saat orgasme itu datang, kurangsek
balik Bapak Danu. Kepalanya kuraih dan kuremasi rambutnya. Kupeluk
tubuhnya erat-erat dan kuhunjamkan kukuku ke punggungnya. Aku nggak
lagi memperhitungkan bagaimana luka dan rasa sakit yang ditanggung
Bapak Danu. Pahaku menjepit tangannya, sementara pantatku
mengangkat-angkat menjemputi tangan-tangan itu agar jarinya lebih
meruyak ke lubang vaginaku yang sedang menanggung kegatalan birahi yang
amat sangat. Tingkahku itu semua terus menerus diiringi racau mulutku.
Dan
saat orgasme itu memuncratkan cairan birahiku aku berteriak histeris.
Tangan-tanganku menjambret apa saja yang bisa kuraih. Bantalan ranjang
itu teraduk. Selimut tempat tidur itu terangkat lepas dan terlempar ke
lantai. Kakiku mengejang menahan kedutan vaginaku yang memuntahkan
spermaku. "Sperma" perempuan yang berupa cairan-cairan bening yang
keluar dari kemaluannya. Keringatku yang mengucur deras mengalir ke
mataku, ke pipiku, kebibirku. Kusibakkan rambutku untuk mengurangi
gerahnya tubuhku dalam kamar ber AC ini.
Saat telah reda,
kurasakan tangan Bapak Danu membelai rambutku yang basah sambil
meniup-niup dengan penuh kasih sayang. Uh .. Dia yang ngayomi aku. Dia
eluskan tangannya, dia sisir rambutku dengan jari-jarinya. Hawa dingin
merasuki kepalaku. Dan akhirnya tubuhku juga mulai merasai kembali
sejuknya AC kamar losmen itu.
'Sayang, Sayang hebat banget
yaa hh.. Istirahat dulu yaa..?!, Saya ambilkan minum dulu ya ..',
suara Bapak Danu itu terasa menimbulkan rasa yang teduh. Aku nggak
kuasa menjawabnya. Nafasku masih ngos-ngosan. Aku nggak pernah menduga
bahwa aku akan mendapatkan kenikmatan sehebat ini. Kamar losmen ini
telah menyaksikan bagaimana aku mendapatkan kenikmatan yang pertama
kalinya saat aku menyeleweng dari kesetiaanku pada Mas Surya suamiku
untuk disentuhi dan digumuli oleh Bapak Danu, Pak RT kampungku, yang
bahkan juga sering jadi lawan main catur suamiku di saat-saat senggang.
Mas Surya .. Ooohh .. maass ..maafkanlah aakuu .. maass..
Sementara
aku masih terlena di ranjang dan menarik nafas panjang sesudah
orgasmeku tadi, Bapak Danu terus menciumi dan ngusel-uselkan hidungnya
ke pinggulku, perutku. Bahkan lidah dan bibirnya menjilati dan menyedoti
keringatku. Tangannya tak henti-hentinya merabai selangkanganku. Aku
terdiam. Aku perlu mengembalikan staminaku. Mataku memandangi
langit-langit kamar losmen itu. Menembusi atapnya hingga ke awang-awang.
Kulihat Mas Surya sedang sibuk di depan meja gambarnya,
sebentar-sebentar stip Staedler-nya menghapus garis-garis potlod yang
mungkin disebabkan salah tarik.
Mungkin semua ini hanyalah
soal perlakuan. Hanyalah perlakuan Mas Surya yang sepanjang perkawinan
kami tidak sungguh-sungguh memperhatikan kebutuhan biologisku. Lihat
saja Bapak Danu barusan, hanya dengan lumatan bibirnya pada ketiakku
dan kobokkan jari-jarinya yang menari-nari di kemaluanku, telah mampu
memberikan padaku kesempatan meraih orgasmeku. Sementara kamu Mas,
setiap kali kamu menggumuliku segalanya berjalan terlampau cepat, seakan
kamu diburu-buru oleh pekerjaanmu semata. Kamu peroleh kepuasanmu
demikian cepat.
Sementara saat nafsuku tiba dengan
menggelegak, Mas Surya sudah turun dari ranjang dengan alasan ada yang
harus diselesaikan, si anu sudang menunggu, atau si anu besok mau pergi
dan sebagainya. Kamu ternyata sekali sangat egois. Kamu biarkan aku
tergeletak menunggu sesuatu yang tak pernah datang. Menunggu Mas Surya
yang hanya memikirkan kebutuhannya sendiri. Yang aku nggak tahu kapan
itu datangnya .. Sepertinya aku menunggu Godotku .., menunggu sesuatu
yang aku tahu nggak akan pernah datang padaku ..
'Sayangni capek ya ..', bisikkan Bapak Danu membangunkan aku dari lamunan.
'Nggak
Pak. Lagi narik napas saja .. Tadi koq nikmat banget yaa .., sedangkan
Bapak Danu belum ngapa-apain padaku .. Bapakeee .. Bapak Danu juga
hebat lhoo .. Baru di utik-utik saja aku sudah kelabakkan .. Hi hi hi
..', aku berusaha membesarkan hati Bapak Danu yang telah memberikan
kepuasan tak terhingga ini.
Rupanya Bapak Danu hanya ingin
nge-cek bahwa aku nggak tertidur. Dengan jawabanku tadi dengan penuh
semangat dia turun dari ranjang. Dia lepasin sendiri kemejanya, celana
panjangnya dan kemudian celana dalamnya. Baru pertama kali ini aku
melihat lelaki lain telanjang bulat di depanku selain Mas Surya suamiku.
Wuuiihh .. aku sangat tergetar menyaksikan tubuh Bapak Danu.
Pada
usianya yang lebih dari 55 tahun itu, sungguh Bapak Danu memiliki
tubuh yang sangat seksi bagi para wanita yang memandangnya. Bahunya
bidang. Lengannya kekar, dengan otot-otot yang kokoh. Perutnya nggak
nampak membesar, rata dengan otot-otot perut yang kencang, seperti papan
penggilasan. Bukit dadanya yang kokoh, dengan dua putting susu besar
kecoklatan, sangat menantang menunggu gigitan dan jilatan
perempuan-perempuan binal. Dari tampilan tubuhnya yang kekar dan macho
ini, aku lihat Bapak Danu adalah sosok penggemar olahraga yang fanatik.
Otot-otot di tubuhnya menunjukkan dia sukses berolahraga selama ini.
Pandanganku
terus meluncur ke bawah. Dan yang paling membuatku serasa pingsan
adalah .. kontolnya .. Aku belum pernah melihat kontol lelaki lain ..
Kontol Bapak Danu sungguh-sungguh merupakan kontol yang sangat
mempesona dalam pandanganku saat ini. Kontol itu besar, panjang, keras
hingga nampak kepalanya berkilatan dan sangat indah. Kepalanya yang
tumpul seperti helm tentara Nazi, sungguh merupakan paduan erotis dan
powerful. Sangat menantang. Dengan sobekan lubang kencing yang gede,
kontol itu seakan menunggu mulut atau kemaluan para perempuan yang ingin
melahapnya.
Sesudah telanjang Bapak Danu juga menarik
pakaianku, celana jeansku yang sedari tadi masih di separoh kakiku,
kemudian blus serta kutangku dilepasnya. Kini aku dan Bapak Danu
sama-sama Bugil Abis. Bapak Danu rebah di antara pahaku. Dia langsung
nyungsep di selangkanganku. Lidahnya menjilati kemaluanku. Waduuiihh ..
Ampunn .. Kenapa cara begini ini nggak pernah aku dapatkan dari Mas
Suryat ..
Lidah kasar Bapak Danu menusuk dan menjilati
vaginaku. Bibir-bibir kemaluanku disedotinya. Ujung lidahnya berusaha
menembusi lubang vaginaku. Pelan-pelan nafsuku terpancing kembali. Lidah
yang menusuk lubang vaginaku itu membuat aku merasakan kegatalan yang
hebat. Tanpa kusadari tanganku menyambar kepala Bapak Danu dan jariku
meremasi kembali rambutnya sambil mengerang dan mendesah-desah untuk
kenikmatan yang terus mengalir. Tanganku juga menekan-nekan kepala itu
agar tenggelam lebih dalam ke selangkanganku yang makin dilanda
kegatalan birahi yang sangat. Pantatku juga ikut naik-naik menjemput
lidah di lubang vaginaku itu.
Tak lama kemudian, Bapak
Danu memindahkan dan mengangkat kakiku untuk ditumpangkan pada bahunya.
Posisi seperti itu merupakan posisi yang paling mudah bagi Bapak Danu
maupun bagi aku. Dengan sedikit tenaga aku bisa mendesak-desakkan
kemaluanku ke mulut Bapak Danu, dan sebaliknya Bapak Danu tidak
kelelahan untuk terus menciumi kemaluanku. Terdengar suara kecipak mulut
Pak yang beradu dengan bibir kemaluanku. Dan desahan Bapak Danu dalam
merasakan nikmatnya kemaluanku tak bisa disembunyikan.
Posisi
ini membuat kegatalan birahiku semakin tak terhingga hingga membuat
aku menggeliat-geliat tak tertahankan. Bapak Danu sibuk memegang
erat-erat kedua pahaku yang dia panggul. Aku tidak mampu berontak dari
pegangannya. Dan sampai pada akhirnya dimana Bapak Danu sendiri juga
tidak tahan. Rintihan serta desahan nikmat yang keluar dari mulutku
merangsang nafsu birahi Bapak Danu tidak bisa terbendung.
Sesudah
menurunkan kakiku, Bapak Danu langsung merangkaki tubuhku.
Digenggamnya kontolnya, diarahkan secara tepat ke lubang kemaluanku. Aku
sungguh sangat menunggu detik-detik ini. Detik-detik dimana bagiku
untuk pertama kalinya aku mengijinkan kontol orang lain selain suamiku
merambah dan menembus memekku. Seluruh tubuhku kembali bergetar, seakan
terlempar ke-awang-awang. Sendi-sendiku bergetar .. menunggu kontol
Bapak Danu menembus kemaluanku .. Aku hanya bisa pasrah .. Aku nggak
mampu lagi menghindar dari penyelewengan penuh nikmat ini .. Maafin aku
Mas Surya ..
Aku menjerit kecil saat kepala tumpul yang
bulat gede itu menyentuh dan langsung mendorong bibir vaginaku. Rasa
kejut saraf-saraf di bibir vaginaku langsung bereaksi. Saraf-saraf itu
menegang dan membuat lubang vaginaku menjadi menyempit. Dan akibatnya
seakan tidak mengijinkan kontol Bapak Danu itu menembusnya. Dan itu
membuat aku penasaran,
'Santai saja Mar, biar lemesan..', terdengar samar-samar suara Bapak Danu di tengah deru hawa nafsuku yang menyala-nyala.
'Bapakeee
.. Bapakeee .. ayyoo .. Bapakeee tulungi saya Bapakeee .. Puas-puasin
ya Bapakeee.. Saya serahin seluruh tubuh saya untuk Bapakeee ..',
kedengerannya aku mengemis minta dikasihani.
'Iyaa Sayangr .. Sebentar yaa Sayangr ..', suara Bapak Danu yang juga diburu oleh nafsu birahinya sendiri.
Kepala
helm tentara itu akhirnya berhasil menguak gerbangnya. Bibir vaginaku
menyerah dan merekah. Menyilahkan kontol Bapak Danu menembusnya. Bahkan
kini vaginakulah yang aktif menyedotnya, agar seluruh batang kontol
gede itu bisa dilahapnya.
Uuhh .. aku merasakan nikmat
desakan batang yang hangat panas memasuki lubang kemaluanku. Sesak.
Penuh. Tak ada ruang dan celah yang tersisa. Daging panas itu terus
mendesak masuk. Rahimku terasa disodok-sodoknya. Kontol itu akhirnya
mentok di mulut rahimku. Terus terang belum pernah se-umur-umurku
rahimku ngrasain disentuh kontol Mas Surya. Dengan sisa ruang yang
longgar, kontol suamiku itu paling-paling menembus ke vaginaku sampai
tengahnya saja. Saat dia tarik maupun dia dorong aku tidak merasakan
sesak atau penuh seperti sesak dan penuhnya kontol Bapak Danu mengisi
rongga vaginaku saat ini.
Kemudian Bapak Danu mulai
melakukan pemompaan. Ditariknya pelan kemudian didorongnya. Ditariknya
pelan kembali dan kembali didorongnya. Begitu dia ulang-ulangi dengan
frekewnsi yang makin sering dan makin cepat. Dan aku mengimbangi secara
reflek. Pantatku langsung pintar. Saat Bapak Danu menarik kontolnya,
pantatku juga menarik kecil sambil sedikit ngebor. Dan saat Bapak Danu
menusukkan kontolnya, pantatku cepat menjemputnya disertai goyangan
igelnya.
Demikian secara beruntun, semakin cepat, semakin
cepat, cepat, cepat, cepat, cepat, cepaatt ..ceppaatt. Payudaraku
bergoncang-goncang, rambutku terburai, keringatku, keringat Bapak Danu
mengalir dan berjatuhan di tubuh masing-masing, mataku dan mata Bapak
Danu sama-sama melihat keatas dengan menyisakan sedikit putih matanya.
Goncangan makin cepat itu juga membuat ranjang kokoh itu ikut
berderak-derak. Lampu-lampu nampak bergoyang, semakin kabur, kabur,
kabur. Sementara rasa nikmat semakin dominan. Seluruh gerak, suara,
nafas, bunyi, desah dan rintih hanyalah nikmat saja isinya.
'Diana
.. Ayyoo.. Enakk nggak kontol Bapake Yan, enak yaa.. enak Yan.. ayyoo
bilangg enak mana sama kontol si Surya .. Ayoo Yan enak mana sama
kontol suamimu ayoo bilangg ayyoo enakan manaa ..', Bapak Danu meracau.
'Bapakeee
.. enhaakk.. Bapakeee.. Enhakk kontol Bapakeee .. Panjangg .. Uhh
gedhee bangett .. Bapakeee.. Enakan kontol Bapak Danuo ..'.
Posisi
nikmat ini berlangsung bermenit-menit. Tanpa terasa pergumulan birahi
ini sudah berjalan lebih dari 1 jam. Suasana erotis tampak sangat indah
dan menonjol. Erangan dan desahan erotik keluar bersahut-sahutan dar
mulut kami. Kulihat tubuh kekar Bapak Danu tampak berkilatan karena
keringatnya. Dan hal itu membuat Bapak Danu jauh terlihat seksi di
mataku. Kulihat keringatnya mengalir dari lehernya, terus ke dada
bidangnya, dan akhirnya ke tonjolan otot di perutnya. Dengan gemas
kupermainkan putting susunya yang bekilatan itu. Kugigiti, kujilati,
kuremas-remas. Dan Bapak Danu yang merasakan itu, tambah buas
gerakannya. Sodokan kontolnya tambah kencang di memekku dan kurasakan
tangan-tangannya yang kasar merambahi payudaraku.
Pada
akhirnya, setelah hampir 2 jam kami bercinta, aku mendapat orgasmeku 2
kali secara berturut-turut. Itu yang ibu-ibu sering sebut sebagai multi
orgasme. Bukan mainn .. hanya dari Bapak Danu aku bisa meraih multi
orgasmeku inii .. Oohh Bapak Danuo.. terima kasihh .. Bapak Danu mau
memuaskan akuu.. Sekarangg ayoo .. Bapakeee biar aku yang memuaskan
kamuu .. 10 menit kemudian…
Dan kontol Bapak Danu aku rasakan
berdenyut keras dan kuat sekali.. Kemudian menyusul denyut-denyut
berikutnya. Pada setiap denyutan aku rasakan vaginaku sepertinya
disemprot air kawah yang panas. Sperma Bapak Danu berkali-kali muntah di
dalam vaginaku.
Uhh .. Aku jadi lemess bangett .. Nggak
pernah sebelumnya aku capek bersanggama. Kali ini seluruh urat-urat
tubuhku serasa di lolosi. Dengan telanjang bulat kami sama telentang di
ranjang losmen ini. Di sinilah akhirnya terjadi untuk pertama kalinya
aku serahkan nonokku beserta seluruh tubuhku kepada lelaki bukan
suamiku, Bapak Danu. Dan aku heran .. pada akhirnya.. tak ada rasa
sesal sama sekali dari hatiku pada Mas Surya. Aku sangat ikhlaskan apa
yang telah aku serahkan pada Bapak Danu tadi. Dan dalam kenyataan aku
mendapatkan imbalan kepuasan dari Bapak Danu yang sangat hebat.
Di
losmen ini aku mengalami 3 kali orgasme. Dua kali beruntun aku
mengalami orgasme dalam satu kali persetubuhan dan yang pertama
sebelumnya, yang hanya dengan gumulan, ciuman dan jilatan Bapak Danu di
ketiakku sembari tangannya ngobok-obok kemaluanku aku bisa mendapatkan
orgasme yang sangat memberikan kepuasan pada libidoku. Hal itu mungkin
disebabkan karena adanya sensasi-sensasi yang timbul dari sikap
penyelewengan yang baru sekali ini aku lakukan. Yaa.. pada akirnya aku
toh berhak mendapatkannya .. tanpa menunggu Mas Surya yang sangat
egois.
Sesungguhnya aku ingin tinggal lebih lama lagi di
tempat birahi ini, namun Bapak Danu mengingatkan bahwa waktu
bernikmat-nikmat yang pertama kali kami lakukan ini sudah cukup lama.
Bapak Danu khawatir orang-orang rumah menunggu dan bertanya-tanya.
Bapak Danu mengajak selekasnya kami meninggalkan tempat ini dan kembali
menyelesaikan pekerjaan yang telah kami sanggupi pada Mbak Karti dalam
rangka membantu hajatannya.
Setelah kami mandi dan
membersihkan tanda-tanda yang kemungkinan mencurigakan, kami kembali ke
jalanan. Ternyata kemacetan jalan menuju ke Senen ini sangat parah di
siang hari ini. Dengan adanya pembangunan jembatan layang pada belokan
jalan di Galur, antrean mobil macet sudah terasa mulai dari pasar
Cempaka Putih. Mobil Bapak Danu serasa merangkak. Untung AC mobilnya
cukup dingin sehingga panasnya Jakarta tidak perlu kami rasakan.
Sepanjang
kemacetan ini pikiranku selalu kembali pada peristiwa yang barusan aku
alami bersama Bapak Danu tadi. Lelaki tua ini memang hebat. Dia sangat
kalem dan tangguh. Dia sangat sabar dan berpengalaman menguasai
perempuan. Dialah yang terbukti telah memberikan padaku kepuasan
seksual. Paduan kesabaran, tampilan ototnya yang kekar, postur tegap
tubuhnya, serta kontol gedenya yang indah membuat aku langsung takluk
secara iklas padanya. Aku telah serahkan seluruh tubuhku padanya. Dan
Bapak Danu tidak sekedar menerimanya untuk kepentingannya sendiri,
tetapi dia sekaligus membuktikan bahwa kenikmatan hubungan seksual yang
sebenar-benarnya adalah apabila pihak lelaki dan pihak perempuannya
bisa mendapatkan kepuasannya secara adil dan setara. Dan aku
merasakannya .. tapi .. Benar adilkah ..?
Ah ..
pertanyaan itu tiba-tiba mengganguku. Tiba-tiba terlintas dalam
pikiranku bahwa dari hubungan badan tadi, aku berhasil merasakan
orgasmeku hingga 3 kali. Sementara Bapak Danu hanya mengeluarkan
spermanya sekali saja. Artinya dia meraih kepuasan dalam hubungan
seksual dengan aku tadi hanya sekali. Ahh ..adakah hal ini menjadi
masalah untuk hubunganku dengan Bapak Danu selanjutnya ..? Kenapa dia
banyak diam sejak keluar dari losmen tadi ..?
Aku menjadi
gelisah, aku kasihan pada Bapak Danu apabila dia masih menyimpan
dorongan birahinya. Apabila belum seluruh cairan birahinya secara tuntas
tertumpah. Bukankah hal demikian itu bagi lelaki akan menimbulkan
semacam kegelisahan ..? Apa yang harus aku lakukan ..??
'Pak, tadi puas nggak Pak..?', aku memberanikan diri untuk bertanya.
'Bukan main Sayang, aku sungguh sangat puas', begitu jawabnya.
Suatu
jawaban yang sangat santun yang justru semakin besar kekhawatiranku.
Jawaban macam itu pasti akan keluar dari setiap 'gentlemen'. Aku harus
amati dari sudut yang lain. Kulihat dibawah kemudi Kijangnya. Nampak
celananya masih menggunung. Artinya kontolnya masih ngaceng. Aku nekat.
Kuraba saja tonjolan celananya itu.
Kontol nya koq masih ngaceng
Pak? Masih pengin yaa?? Tadi masih mau lagi yaa??', sambil tanganku
terus memijiti gundukkan itu. Dan terbukti semakin membesar dan
mengeras.
Bapak Danu diam saja. Aku tahu pasti dia menikmati pijatanku ini. Aku teruskan. Tanganku meremasi, mengurut-urut.
'Hheehh ..Sayangr .. enak sekali tangan Sayangr yaa..'.
Biarlah,
biarlah aku akan selalu memberikan yang aku bisa. Dengan berbagai
style, tanganku terus meremasi dan mijit gundukkan kontol itu. Tetapi
lama kelamaan justru tanganku sendiri makin menikmati kenikmatan
memijit-mijit itu. Dan semakin lama justru aku yang nyata semakin
kelimpungan. Aku kenang kembali kontol gede ini yang 40 menit yang lalu
masih menyesaki kemaluanku. Yang tanpa meninggalkan celah sedikitpun
memenuhi rongga vaginaku. Dan ujungnya ini yang untuk pertama kalinya
bisa mentok ke dinding rahimku.. ah nikmatnya ..
'Bapakeee.. Aku pengin lagii ..', aku berbisik dengan setengah merintih.
'Kita
cari waktu lagi Sayang .., gampang.., Sayang khan bisa bilang pada Mas
Surya, mau ke Carrefour atau ke Mangga Dua cari barang apa.. gitu'.
'Iyaa
siihh.. Boleh dibuka ya Pak. Aku pengin lihat lagi nih jagoan Pak ..',
sambil aku melempar senyum serta melirikkan mataku ke Bapak Danu
melihat reaksinya.
'Boleehh ..', dia jawab tanpa melihat ke aku, karena keramaian lalu lintas yang mengharuskan Bapak Danu berkonsentrasi.
Tanganku
sigap. Pertama-tama kukendorkan dulu ikat pinggangnya. Kemudian kubuka
kancing utamanya. Selanjutnya kuraih resluitingnya hingga nampak
celana dalamya yang kebiruan. Di belakang celana dalam itu membayang
alur daging sebesar pisang tanduk yang mengarah ke kanan. Oouu.. ini
kali yang namanya stir kanan.. Kalau stir kiri, mengarahnya kekiri
tentunya.
Dengan tidak sabar kubetot kontol Bapak Danu
dari sarangnya. Melalui pinggiran kanan celana dalamnya, kontol Bapak
Danu mencuat keluar. Gede, panjang, kepalanya yang bulat berkilatan. Dan
pada ujung kepala itu ada secercah titik bening. Oooww ..baru sekarang
aku berkesempatan memperhatikan kontol ini dari jarak yang sangat
dekat, bahkan dalam genggamanku.
Rupanya precum Bapak
Danu telah terbit di ujung kepalanya. Precum itu muncul dari lubang
kencingnya. Uuuhh .. indahnyaa .. bisakah aku nggak bisa menahan diri
..??
'Bapak Danu pengin khan..??', kembali aku berbisik.
'Heehh .. Sayang mau bantu Bapak Danu nih ..??', jawaban yang disertai pertanyaan balik.
'Gimana bantunya Pak.., berhenti duluu .. Cari tempat lagii .. Hayoo..', jawabanku enteng.
'Nggak
begitu Sayang, kita nggak mungkin berhenti lagi. Ya ini khan macet nih
jalanan. Maksudku, apakah .. eehh .. Sayang marah nggak kalau aku
bilang ini ..??'.
'Nggak pa pa Pak, saya rela koq, dan saya pengin bantu bener-bener, Pak'.
'Sayang pernah mengisep punya Mas Surya khan?'.
'Ooo..
Kk.. kaalau ii.. ttuu terus terang aku belum pernah Pak.., kalau lihat
punya Mas Surya rasanya aku geli gituu.. jijikk gituu ..'.
'Kalau lihat punya saya inii.?', dia terus mendesak dengan pertanyaan yang terus terang aku nggak bisa menjawab secara cepat.
Masalahnya
aku dihadapkan pada sesuatu hal yang bener-bener belum pernah aku
lakukan, bahkan pun dalam khayalan seksualku. Pasti yang Bapak Danu
inginkan adalah aku mau mengisep-isep kontolnya itu, yaa khan? Tapi aku
juga berpikir cepat .. Tadi sewaktu di losmen, Bapak Danu membenamkan
wajahnya ke selangkanganku tanpa risah-risih. Kemudian dijilatinya
vaginaku, kelentitku, lubang kemaluanku. Dia juga menelan cairan-cairan
birahiku. Aku jadi ingat prinsip adil dan setara yang aku sebutkan di
atas tadi.
Mestinya aku yaa.. nggak usah ragu-ragu untuk
berlaku mengimbangi apa yang telah dilakukan Bapak Danu padanya. Dia
telah menjilati, menyedoti kemaluanku. Dan aku sangat menikmati jilatan
dahsyatnya. Dan sekarang Bapak Danu seakan menguji padaku. Bisakah aku
bertindak adil dan setara juga pada dia. Aku membayangkan kontol itu
di mulutku ..
'Sayang, sperma itu sehat lhoo, bersih,
steril.. dan banyak vitaminnya. Itu dokter ahli lho yang ngomong.
Cobalah, kontol Bapak Danu ini pasti sedap kalau Sayang mengulumnya..
', aku sepertinya mendengar sebuah permohonan.
Aku kasihan
juga pada Bapak Danu. Mungkin dia sudah mengharapkan sejak awal jalan
bersama dari rumah tadi. Mungkin bahkan dia sudah mengharapkan jauh
beberapa waktu yang lalu. Dan kini saat aku sudah berada disampingnya
harapan itu nggak terkabul. Ah, aku jadi iba .. Kulihat kembali kontol
indah Bapak Danu. Yaa.. benar-benar indah..apa artinya indah itu ..
Kalau memang itu indah ..sudah semestinya kalau aku menyukainya ..dan
kalau aku menyukainya .. mestinya aku nggak jijik ataupun geli .. Dan
lihat precum itu.. Juga indah khan, bening, murni, dan mungkin juga
wangi ..dan asin .. Dan.. Banyak lho yang sangat menyukainya ..,
menjilatinya, meminumnya ..
Tahu-tahu aku sudah merunduk,
mendekatkan wajahku, mendekatkan bibirku ke kontol Bapak Danu yang
indah itu. Dan tanpa banyak tanya lagi aku telah mengambil keputusan ..
Ah,.. ujung lidahku kini menyentuh, menjilat dan merasakan lendir
lembut dan bening milik Bapak Danu. Yaahh .. asinnya yang begitu
lembutt..
'Dik Maarr .. Uhh enakk bangett sihh ..', kepalaku
dielus-elusnya. Dan dia sibakkan rambutku agar tidak menggangu
keasyikanku. Dan selanjutnya dengan penuh semangat aku mengkulum kontol
Bapak Danu di mobil yang sempit itu. Kemudian Bapak Danu sedikit
memundurkan tempat duduknya.
'Sayangr .. Terus Sayangr .. Kamu
pinter banget siihh .. uuhh Sayangr..', aku terus memompa dengan lembut.
Banyak kali aku mengeluarkan kepala itu dari mulutku.. Aku menjilati
tepi-tepinya .. Pada pangkal kepala ada alur semacam cincin atau bingkai
yang mengelilingi kepala itu. Dan sobekan lubang kencingnya itu ..
kujilati habis-habisan ..
'Marr.. enak bangett .. akau mau keluar
nihh Sayangr .. Aku mau keluar nihh ..', aku tidak menghiraukan
kata-katanya, mungkin maksudnya peringatan untukku, jangan sampai air
maninya tumpah di mulutku. Dia masih khawatir bahwa mungkin aku belum
bisa menerimanya.
Tetapi apa yang terjadi padaku kini
sudah langsung berbalik 180 derajat. Rasanya justru aku kini yang
merindukannya. Dan aku memang merindukannya. Aku pengin banget merasakan
sperma seorang lelaki langsung tumpah dari kontolnya langsung ke
mulutku. Dan lelaki itu adalah Bapak Danu, yang bukan suamiku sendiri.
Aku terus menjilati, menyedoti. Batangnya, pangkalnya, pelernya, sejauh
bisa bibir atau lidahku meraihnya, disebabkan tempat yang sempit ini,
semua bagian kontolnya itu aku rambah dengan mulutku.
Dan
pengalaman pertama itu akhirnya hadir. Saat mulutku mengkulum batangan
gede panjang milik Bapak Danu itu, aku rasakan kembali ada kedutan
besar dan kuat. Kedutan itu kemudian disusul dengan kedutan-kedutan
berikutnya. Kalau yang aku rasakan di losmen tadi kedutan-kedutan kontol
Bapak Danu dalam lubang vaginaku, sekarang hal itu aku rasakan di
rongga mulutku. Kontol Bapak Danu memuntahkan laharnya. Cairan, atau
tepatnya lendir yang hangat panas nyemprot langit-langit rongga mulutku.
Sperma Bapak Danu tumpah memenuhi mulutku. Entah berapa kali kedutan
tadi. Tetapi sperma dalam mulutku ini nggak sempat aku telan seluruhnya
karena saking banyaknya.
Sperma Bapak Danu berleleran di
pipiku, daguku, bahkan juga ke kening dan rambut panjangku. Kontol
Bapak Danu masih berkedut-kedut saat kukeluarkan dari mulutku. Dan aku
raih kembali untuk kuurut-urut agar semua sperma yang tersisa bisa
terkuras keluar. Mulutku langsung menyedotinya. Sekali lagi, pengalaman
pertama nyeleweng ini benar-benar memberiku daftar panjang hal-hal
baru yang sangat sensasional bagiku. Dan aku makin merasa pasti,
hal-hal itu nggak mungkin aku dapatkan dari Mas Surya, suamiku
tercinta.
Sesuai rencana, aku diturunkan di Pasar Senen
oleh Bapak Danu. Sungguh aku keberatan untuk perpisahan ini. Kugenggam
tangannya erat-erat, untuk menunjukkan betapa besarnya arti Bapak Danu
bagiku. Aku berjalan dengan gontai saat menuju toko kertas dekorasi
itu.
Saat aku turun dari taksi sesampai di rumah, Mbak
Karti nampak cemberut. Aku biarkan. Pada temen yang lain aku bilang
banyak bahan yang aku cari stoknya habis sehingga aku menunggu cukup
lama. Di ujung jalan sana kulihat mobil Kijang Bapak Danu. Mungkin
sudah lama lebih dahulu nyampai di kompleks. Orang-orang pemasang tenda
dan pengatur sound system sudah mulai melaksanakan tugasnya. 2 jam
lagi acara akan dimulai.
Aku pamit pulang sebentar, untuk
menengok rumah. Mas Surya belum pulang. Aku mandi lagi sambil
mengenang peristiwa indah yang kualami sekitar 2,5 jam yang lalu. Saat
sabunku menyentuh kemaluanku, masih tersisa rasa pedih pada bibirnya.
Mungkin jembut Bapak Danu tersangkut saat kontolnya keluar masuk
menembus memekku. Dan itu biasanya menimbulkan luka kecil yang terasa
pedih pada bibir vaginaku saat terkena sabun seperti ini.
Blog ini merupakan blog khusus +20 tahun ke atas, blog ini berisi cerita fiksi dan fantasi dewasa jadi buat yang risih atau tidak nyaman dengan blog ini di sarankan untuk tidak membaca cerita yang ada. Terima kasih
Tuesday, June 27, 2017
Nikmatnya Batang pak Mansur

Aku sudah punya suami tapi tidak puas dalam hubungan seksual.
Karena barang suamiku kecil dan pendek.
Selain itu kalau main sebentar.
Aku sering membayangkan kalau sekiranya disetubuhi oleh laki-laki yang barangnya gede, tentu nikmat sekali.
Teman saya suka cerita pada saya bahwa suaminya kuat sekali dalam seks. Kebetulan suaminya orang Arab. Katanya, kalau main ia kerasa nyilu dan kesemutan di vaginanya. Sejak itu aku sering membayangkan suami temanku. Karena orangnya tinggi besar, dadanya berbulu tebal.
Pada suatu hari aku main ke rumah temanku itu. Katakan saja namanya Linda, dan nama suaminya Mansur. Pak Mansur buka pijat refleksi. Selain itu ia suka olah raga. Ketika aku sampai di rumahnya ia sedang berolah raga. Dan aku ngobrol dengan Linda sahabat karibku. Aku datang ingin membuktikan cerita Linda, apa benar barang suaminya gede. Tak lama kemudian, ia datang dengan memakai celana olah raga yang cukup tipis. Ia duduk di depanku. Sambil aku minum teh aku ngelirik sedikit ke bagian selangkangannya, tapi karena ada Linda aku tak lama-lama ngeliriknya. Tidak lama Linda pergi untuk menyiapkan sarapan pagi. Tinggallah aku berdua dengan suaminya ngobrol. Kesempatan aku untuk melirik agak lama. Astaga, beneran omongan Linda, nampak menonjol di celananya tonjolan besar dan panjang. Aku berkata dalam hatiku, bagaimana kalau itu ngaceng dan telanjang. Pantesan kalau Linda main, katanya, sampai sambat-sambat.
Sejak itu aku suka membayangkan penis suami teman saya yang Arab itu. Setiap aku main sama suamiku aku membayangkan barang pak Mansur yang besar dan panjang itu. Karena barangnya suami tidak keras secara maksimal aku menyarankan diurut refleksi oleh Pak Mansur. Suamiku sangat setuju, ia minta di datangkan ke rumah. Suami kenal baik dengan Pak Mansur. Kemudian mulai suaminya saya diurut oleh Pak Mansur kira-kira jam 8 malam. Aku berada di sebelah suamiku yang sedang diurut itu. Kesempatan bagiku untuk melihat benjolan di selangkangan Pak Mansur.
Sekarang aku cari alasan supaya aku diizinkan diurut oleh Pak Mansur. Dengan alasan yang tepat aku diizinkan. Setelah suamiku diurut giliran aku sekarang diurut. Karena suami tidak tahan, ia pergi mandi. Tinggallah sekarang aku berdua dengan Pak Mansur. Ia mulai ngurut dari betisku yang mulus. Aku bertanya dalam hati, apakah Pak Mansur tidak terangsang melihat betis dan pahaku yang mulus itu.
Kemudian ia mulai menyingkap rokku sehingga nampaklah padanya pahaku yang mulus. Ia berkata padaku, "Ibu harus sering diurut refleksi, seminggu sekali, karena ibu punya gejala darah tinggi. Tapi minggu depan kalau bisa jangan pakai rok, pakai sarung saja, supaya mudah ngurutnya di bagian ujung paha dan pinggulnya. Itu kalau suami ibu setuju."
"Suamiku pasti setuju, kalau memang itu bisa menyembuhkan, apalagi ia sudah percaya sama bapak," balasku.
Dan suamiku ternyata mengizinkan apa yang disarankan oleh Pak Mansur.
Minggu depannya ia datang lagi, suamiku giliran pertama yang diurut. Setelah selesai baru sekarang giliran aku. Aku ganti pakaian dengan sarung, lalu tengkurep. Hatiku mulai dak-dik-duk tidak karuan. Ketika ia mengurut betis kiriku, kaki kananku kumasukkan pelan ke selangkangan Pak Mansur sambil kugerak-gerakkan pelan-pelan. Terasa barang Pak Mansur bergerak-gerak mulai ngaceng. Terasa benar di kakiku kalau barang Pak Mansur besar sekali.
Tidak lama kemudian suamiku pamit ke Pak Mansur untuk keluar beli rokok karena rokoknya habis.
Pak Mansur menjawab "Ya, Pak". Ucapannya yang halus dan lembut membuat suamiku tambah percaya. Pak Mansur mulai berani menyingkap sarungku sampai ke pangkal paha. Ia mengurutku sampai ke pangkal paha.
"Aduh," kataku ketika jari-jarinya mengenai bibir vaginaku.
"Sakit bu?" tanya Pak Mansur.
"Tidak," sahutku.
Mulailah ia mengurut agak berani di bagian pangkal pahaku sambil mengelus-ngelusnya, dan aku semakin tidak tidak tahan, dan mulai terangsang.
Pak Mansur paham dengan suara rangsanganku. Ia menyuruhku berbalik telentang sehingga ia dapat melihat pemandangan yang menggairahkan. Ia menyingkap lagi sarung sampai ke pangkal paha sampai kelihatan CD-ku. Ia mulai menggerak-gerakkan jarinya ke bibir vaginaku. Aku semakin tidak tahan. Ia semakin memasukkan jarinya semakin dalam hingga mengenai lobang vaginaku dan mendorongnya pelan-pelan, tapi tidak berhasil, karena lobang vaginaku peret. Ia menyopotnya dan memasukkan ke mulutnya sambil diludahi kemudian ia masukkan kembali. Kini baru jari Pak Mansur masuk le lobang vaginaku. Aku menggelinjang kenikmatan. Sayang sekali kenikmatan itu terhenti, karena suamiku datang dari membeli rokok. Walaupun demikian, sebelum suamiku tiba di kamar, kami berdua saling menatap dalam-dalam sambil saling tersenyum. Sekarang kami berdua sudah saling mengerti keinginan masing-masing dan tak malu-malu lagi. Tinggal menunggu kesempatan lain yang lebih baik saja....
Mingggu depannya Pak Mansur datang lagi. Kemudian mengurut suamiku. Tidak lama kemudian telepon berdering, aku yang menerimanya. Teman bisnis suamiku minta agar suamiku datang ke rumahnya untuk membicarakan bisnis yang sangat penting dan menguntungkan. Aku sampaikan hal itu pada suamiku. Ia bilang bahwa ia akan datang setelah diurut.
Hati dak-dik-duk, apakah suamiku mengizinkanku diurut tanpa ada dia karena akan pergi ke rumah rekan bisnisnya yang cukup jauh dari rumahku.
Setelah suamiku selesai diurut, aku bertanya, "Pak, bagaimana kalau aku tidak usah diurut saja, ya."
"Tidak apa-apa, diurut saja, aku sudah percaya, kok sama Pak Mansur. Ia orangnya baik."
Setelah mandi suamiku berangkat menuju ke rumah rekannya. Tinggallah aku berduaan dengan Pak Mansur malam-malam sekitar setengah sepuluh. Hatiku dak-dik-duk, aku akan merasakan penis orang Arab malam ini, kataku dalam hati.
Aku tengkurep. Pak Mansur langsung menyingkap sarung sampai ke pangkal pahaku. Rupanya ia sudah tidak tahan ingin merasakan lobang vaginaku yang kecil. Aku orangnya ramping, tinggi 155 cm. Seangkan Pak Mansur tinggi besar, dan dadanya berbulu tebal. Ia langsung menyingkap CD-ku dan memainkan bibir vaginaku, kemudian CD-ku dipelorotin. Sekarang nampaklah vaginaku, ia meludahi lobang vaginaku dicampur dengan minyak.
Aduh, sekarang aku benar-benar tidak tahan, ingin segera dimasuki barangnya. Ia membuka sarungku, BH-ku dan kausku. Kini aku telanjang bulat. Dan ia mulai membuka celananya, kaos. Aku melirik ingin tahu seperti apa barangnya. Begitu ia membuka celana dalamnya, astaga... penis Pak Mansur benar-benar besar dan panjang, ngaceng tegak, seperti barangnya kuda.
Aku takut bercampur ingin merasakan. Aku takut robek, dan jebol lobang rahimku, bercampur ingin merasakan puncak kenikmatan. Ia mulai mengangkangkan lebar-lebar pahaku. Ia mengarahkan penisnya yang besar, panjang dan keras ke lobang vaginaku. Ia menekankan barangnya. Aku berteriak kecil, "Aduuuh... sakit, Pak."
"Ditahan, Bu. Nanti akan hilang rasa sakitnya berganti kenikmatan yang luar biasa."
Penis Pak Mansur kurang lebih panjangnya 20 cm dan ukurannya besar sekali, seperti barangnya kuda. Ia menekan barangnya sampai tiga kali tapi tidak bisa masuk juga, saking besarnya. Ia sudah tidak tahan, nafsunya membara. Ia meludahi lobang vaginaku banyak sekali sampai meleleh ke pantatku, dicampur dengan minyak. Barang Pak Mansur pun dilumati minyak dicampur ludah biar licin.
Kemudian ia mengarahkan kembali penisnya ke lobang vaginaku dan menekannya. Aku berteriak sambil menggigit bibirku. Tapi Pak Mansur semakin keras menekannya. Setelah bersusah payah, akhirnya penisnya berhasil masuk juga. Ia menancapkan semuanya. Ia menindihku sampil menciumi dan mengecup bibirku dengan gagar. Ia mulai menggenjotku dengan ganasnya. Sampai terdengar bunyi dari lobang vaginaku... Cprot... Cprot... Sambil memelukku gemes bercampur ganar. Tubuhku yang ramping ditekuk-tekuk sambil digenjot. Sekarang aku mulai merasakan kenikmatan yang luar biasa. Ia mengenjot lobang vaginaku lama sekali. Aku disetubuhi 3 ronde sampai terasa lemas seluruh tubuhku. Aku melihat sudah jam 1 malam. Berarti kami telah bermain selama 3 jam setengah. Waduuh... nikmatnya luar biasa....
Sayang, kami tak bisa melanjutkannya semalam suntuk. Kami harus segera berbenah supaya tak kepergok suamiku yang sebentar lagi akan kembali. Tapi aku puas sekali dengan persetubuhan kami malam ini....
Main bareng pemilik salon
Aku termasuk pria yang paling suka dengan wanita yang lebih tua dariku. Itu mulai dari umurku yang ke-30, sekarang umurku sudah mencapai 37. Memang tidak semua wanita yang lebih tua termasuk kesukaanku. Karena aku paling senang melihat yang terutama kulitnya berwarna kuning langsat. Apalagi ibu-ibu yang kerut mukanya tidak kalah dengan anak perawan saat ini. Ada kemungkinan biasanya mereka paling teratur merawat badan mulai dari minum jamu hingga luluran.
Sebulan yang lalu aku pergi kerumah sepupuku Ary di daerah Bogor, kebetulan rumahnya berada didalam gang yang tidak bisa masuk mobil. Jadi mobilku aku parkir di depan gang dekat sebuah salon. Setiba dirumah Ary, aku disambut oleh istrinya. Memang istri si Ary yang bernama Sandra 30 tahun memang dikategorikan sangat sexy, apalagi dia hanya mengenakan daster.
"Mas Ary sedang ke Pak RT sebentar Mas, nanti juga balik," sapa si Sandra.
"Oh ya.." jawabku singkat.
Aku disuruh duduk diruang tamu, lalu dia kembali dengan satu cangkir the manis, karena kursi diruang tamu agak pendek, maka dengan tidak sengaja aku dapat melihat persis sembulan kedua belah dada si Sandra yang tidak mengenakan BH. Wach pagi-pagi sudah dibuat pusing nich pikirku. Tapi aku hilangkan pikiranku jauh-jauh, karena aku pikir dia sudah termasuk keluargaku juga.
Akhirnya setelah Ary tiba, kami bertiga ngobrol hingga sore hari. Lalu aku izin untuk menghirup udara sore sendirian, karena aku akan nginap dirumah si Ary hingga besok pagi. Aku berjalan kedepan gang sambil melihat mobilku, apakah aman parkir disana. Setelah melihat mobil aku mampir ke salon sebentar untuk gunting rambut yang kebetulan sudah mulai panjang. Disana aku dilayani oleh seorang ibu, umur kurang lebih 40-45 tahun, kulit kuning langsat, body seperti layaknya seorang ibu yang umurnya seperti diatas, gemuk tidak, kurus tidak, sedangkan raut mukanya manis dan belum ada tanda-tanda keriput dimakan usia, malah masih mulus, saya rasa ibu tsb sangat rajin merawat tubuhnya terutama mukanya.
"Mas mau potong rambut atau creambath nich," sapa ibu tersebut.
"Mau potong rambut bu" jawabku.
Singkat cerita setelah selesai potong rambut ibu tersebut yang bernama Rini menawarkan pijat dengan posisi tetap dibangku salon. Setelah setuju sambil memijat kepala dan pundak saya, kami berkomunikasi lewat cermin di depan muka saya.
"Wach pijatan ibu enak sekali" sapaku.
"Yach biasa Mas, bila badan terasa cape benar, memang pijatan orang lain pasti terasa enak" jawabnya.
"Ibu juga sering dipijat kalau terlalu banyak terima tamu disalon ini, soalnya cape juga Mas bila seharian potong/creambath rambut tamu sambil berdiri" jawabnya lagi.
"Sekarang ibu terasa cape enggak" tanyaku memancing.
"Memang Mas mau mijitin ibu" jawabnya.
"Wach dengan senang hati bu, gratis lho.. kalau enggak salah khan biasanya bila terlalu lama berdiri, betis ibu yang pegal-pegal, benar enggak bu?" pancingku lagi.
"Memang benar sich, tapi khan susah disini Mas" jawab Bu Rini sambil tersenyum.
Naluriku langsung berjalan cepat, berarti Bu Rini ini secara tidak langsung menerima ajakanku. Tanpa buang-buang waktu aku berkata "Bu, ibu khan punya asisten disini, gimana kalau aku pijit ibu diluar salon ini?" pancingku lagi.
"Mas mau bawa ibu kemana?" tanya Bu Rini.
"Sudahlah bu.. bila Bu Rini setuju, saya tunggu ibu dimobil di depan salon ini, terserah ibu dech mau bilang/alasan kemana ke asisten ibu" Ibu Rini mengangguk sambil tersenyum kembali.
Singkat cerita kami sudah berada didalam hotel dekat kebun raya Bogor. Ibu Rini mengenakan celana panjang, dengan baju terusan seperti gamis. Aku mempersilahkan Bu Rini telungkup diatas tempat tidur untuk mengurut betisnya, dia mengangguk setuju.
"Enggak nyusahin nich Mas"
"Tenang saja bu, enggak bayar koq bu, ini gratis lho." jawabku.
Lalu aku mulai mengurut tumit ke arah betis dengan body lotion. Celana panjang Bu Rini aku singkap hingga ke betisnya, tapi karena paha Bu Rini terlalu besar ujung celana bagian bawah tidak bisa terangkat hingga atas. Ini dia kesempatan yang memang aku tunggu.
"Bu maaf nich, bisa dibuka saja enggak celana ibu masalahnya nanti celana ibu kena body lotion, dan aku memijatnya kurang begitu leluasa, nanti ibu komplain nich"
Kulihat Bu Rini agak malu-malu saat membuka celana panjangnya, sambil langsung melilitkan handuk untuk menutupi celana dalamnya. Lalu aku mulai memijit betis beliau dengan lotion sambil perlahan-lahan menyingkap handuknya menuju pahanya. Kulihat dari belakang Bu Rini hanya mendesah saja, mungkin karena terasa enak pijitanku ini. Saat mulai memijit pahanya body lotion aku pergunakan agak banyak, dan handuk sudah tersingkap hingga punggungnya.
Aku mulai renggangkan kedua kaki Bu Rini, sambil memijat paha bagian dalam. Tampaknya Bu Rini menikmatinya. Tanpa buang waktu dalam keadaan terlungkup aku menarik celana dalam Bu Rini ke bawah sambil berkata "Maaf Bu yach".
Dia hanya mengangguk saja sambil terpejam matanya, mungkin karena Bu Rini sudah mulai terangsang saat aku pijit pahanya dengan lotion yang begitu banyak.
Wow kulihat pantat Bu Rini tersembul dengan belahan ditengahnya tanpa sehelai rambut yang mengelilingi vagina ibu tersebut. Aku mulai lagi memijit paha bagian atas hingga ke pantatnya dengan menggunakan kedua jempolku. Kutekan pantat Bu Rini hingga belahannya agak terbuka lebar, dengan sekali-kali aku sapu dengan keempat jariku mulai dari vagina ke atas hingga menyentuh lubang anusnya.
"Och.. Och.."
Hanya itu yang keluar dari mulut Bu Rini, rupanya dia mulai sangat amat terangsang, tapi dia type yang pasif, hanya menerima apa yang akan diperbuat kepadanya. Aku mulai nakal, kulumuri kelima jariku dengan lotion lalu aku mulai sapu dari anus hingga kebawah ke arah vagina ibu Rini dan diimbangi dengan makin naiknya pantat Bu Rini.
"Och.. Och.. Mas teruskan Mas.. Och.."
Pelan-pelan kumasukan jari telunjuk dan tengah ke dalam vaginanya, lalu kukocok hingga mentok kedinding bagian dalam vagina, sambil perlahan-lahan jempolku menekan lubang anus Bu Rini. Kulihat Bu Rini agak meringis sedikit, tapi tetap tidak ada sinyal menolak. Jempolku sudah masuk ke dalam anus Bu Rini, perlahan-lahan sambil kulumuri agak banyak body lotion kukocok juga lubang anus Bu Rini, hingga sekali tekan jempolku masuk ke lubang anus, sedangkan jari telunjuk dan tengah masuk ke vaginanya, dan aktifitas itu aku lakukan hingga 3 menit.
Dan kulihat Bu Rini sudah tidak lagi meringis tanda kesakitan disekitar lubang anusnya, tapi sudah terlihat diwajahnya rasa kenikmatan, meskipun matanya terus terpejam hanya beberapa kali tersengah.
"Och.. Och.."
Setelah itu aku jilat kuping Bu Rini dengan lidahku sambil berbisik.
"Aku masukan yach Bu kontolku"
Ibu Rini hanya mengangguk setuju tanpa membuka matanya. Lalu aku buka seluruh pakaianku, lalu aku ganjel perut Bu Rini dengan bantal yang kulipat, supaya pantat dan lubang vaginanya agak menguak ke atas. Lalu aku masukan kontolku ke dalam vagina Bu Rini dan kukocok hingga 15menit, lalu kulihat lendir putih sudah mulai keluar dari lubang vagina Bu Rini.
Rupanya Bu Rini sudah mencapai klimaks hingga mengeluarkan pejunya duluan, lalu aku seka dengan handuk dan kuayun kembali kontolku hingga 15 menit kemudian, hingga Bu Rini mencapai klimaks yang kedua kali. Sedangkan kontolku makin tegang saja tanpa isyarat akan memuncratkan peju. Karena sudah pegal juga pinggangku, aku ambil body lotion kulumuri anus Bu Rini sambil kubuka lubang anus tersebut hingga masuk ke dalam, lalu aku pelan-pelan menekan ujung kontolku hingga masuk ke dalam anus Bu Rini.
"Och.. Pelan-pelan Mas.." Bu Rini mengeluh.
Terus kutekan kontolku hingga masuk ke dalam anus Bu Rini, lalu pelan-pelan aku cabut kontolku. Memang kontolku terasa amat terjepit oleh lubang anus Bu Rini, ini membuat aku mulai terangsang. Kutekan lagi kontolku ke dalam lubang anus Bu Rini, dan pelan-pelan mulai kukocok lubang anus Bu Rini dengan kontolku ini sambil melumuri body lotion supaya lubang anus Bu Rini tidak lecet, terus kulakukan aktifitas ini hingga 5menit dan tiba-tiba peju dikontol mulai mengadakan reaksi ingin berlomba-lomba keluar. Lalu kucabut kontolku, dan kulepaskan seluruh pejuku bertebaran diatas sprei.
Setelah itu Bu Rini langsung membersihkan badannya kekamar mandi, lalu kususul Bu Rini di kamar mandi yang sudah tanpa sehelaipun benang ditubuhnya, lumayan bodynya cukup montok, tetenya sudah agak kendur tapi masih menantang seperti buah pepaya yang masih tergantung dipohon, perutnya juga sudah mulai ada lipatan lemaknya, tapi tetap enak dipandang, karena memang warna kulitnya seluruhnya kuning langsat. Lalu aku bantu Bu Rini saat hendak memakai sabun ditubuhnya, demikian juga aku dibantu juga oleh Bu Rini.
Setelah selesai mandi kontolku mulai bangun kembali, lalu kuminta Bu Rini untuk main kembali, Bu Rini memberikan isyarat ok. Dan kusuruh Bu Rini duduk dikursi tanpa mengenakan pakaian selembarpun, kuangkat kedua kakinya ke atas dengan posisi mengangkang lalu kusuruh Bu Rini memeluk kakinya kuat-kuat, lalu aku jongkok dan mulai menyapu vagina Bu Rini dengan lidahku, sambil jari telunjukku ikut masuk ke dalam vagina bagian bawah sambil mengocoknya. Disini Bu Rini tampak mendesah agak keras.
"Och.. Och.. Och.. Masukan saja Mas.. Aku enggak kuat"
Tanpa buang waktu lagi karena memang kontolku mulai keras kembali, kutekan kontolku ke dalam lubang vagina Bu Rini kembali sambil setengah berdiri, sedangkan kedua kaki Bu Rini sudah bersandar di depan bahuku, terus kusodok vagina Bu Rini dengan kontolku, hingga 30 menit lebih aku belum bisa juga mengeluarkan pejuku. Lalu kuminta Bu Rini untuk mengisap kontolku supaya cepat keluar pejuku ini.
Kedua kakinya kuturunkan lalu aku memegang kedua pipinya ke arah kontolku, lalu aku memasukan kembali kontolku ke dalam mulut Bu Rini, disini kulihat Bu Rini mengimbangi dengan isapan serta air liurnya yang mulai menetes dari mulutnya untuk membuatku cepat mencapai puncak. Memang benar-benar lihai Bu Rini, sebelum mencapai waktu lima menit aku sudah tidak tahan lagi menahan pejuku muncrat didalam mulutnya.
Setelah itu kami berdua membersihkan diri kembali kekamar mandi, lalu kami kembali ke salon Bu Rini. Sebelum keluar dari mobil, aku sempat berbisik kepada Bu Rini. Memang yang lebih tua, sangat paham dalam pengalaman dalam hal ini dibanding dengan yang masih muda. Bu Rini hanya tersenyum manis saja, sambil turun dari mobilku dan kembali masuk ke dalam salonnya.
Friday, June 23, 2017
Ayah angkatku yang perkasa

Baru saja aku pulang dari makan-makan bersama teman-teman SMP merayakan ulang tahunku yang ke 25. Tiba-tiba teringat satu kisah. Ini ceritaku dan terjadi sepuluh tahun yang lampau. Waktu itu aku masih bocah yang ingin tahu segalanya.
Ibuku adalah pengurus Dharma Wanita yang sibuk ditambah sebagai pejabat di beberapa yayasan. Ayahku adalah ayah tiri yang menikahi Ibu saat aku berumur 5 tahun. Aku memanggilnya Pa'cek. Ayahku orang yang ganteng dan berwibawa. Meskipun dengan Ibu tidak memiliki keturunan, namun beliau tidak menceraikan Ibu. Sadar diri kalau dia yang mandul. Aku anak bungsu dari 4 bersaudara. Kakakku wanita semua dan pada saat itu kakakku sudah tidak tinggal di rumah. Dua orang sudah menikah sedang kakakku tepat di atas sedang kuliah di Jawa.
Menjadi anak tunggal di rumah ada enak dan tidak. Ayahku sangat sayang dan memanjakanku. Kalau dia mendapat rejeki dia selalu membelikan apa saja yang kuminta. Aku mendapat TV dan VCD di kamarku sendiri. Justru ibu kandungku yang sering protes. Memang efeknya aku jadi jarang belajar dan agak bandel. Meskipun demikian ibuku tidak bisa berkutik karena tiap semester aku selalu berada dalam 10 besar terbaik meskipun bukan yang nomer 1.
Aku sering mendapat pinjaman VCD bokep dari teman-teman SMP kadang bahkan anak SMA kenalanku. Aku menonton di komputer di kamarku. Alasanku lebih mudah diklik dan aman. Orangtuaku jarang di rumah.
Namun hari itu aku benar-benar ceroboh atau mungkin sial. Hari itu aku tidak menonton bokep di komputer tetapi di VCD. Aku ingin gambar yang lebih lebar, pikirku.
"Alfond!!" tiba-tiba ayahku sudah di dalam.
Mati aku! Kok bisa masuk? Padahal... ah aku lupa mengunci pintu. Untung saja aku tidak sedang onani. Tapi tetap saja gambar orang yang sedang bersanggama tidak bisa hilang sekali klik. Mana remote entah kemana lagi... Aku panik. Aku tidak cepat menemukan remotku.
"Sudah, sudah. Kalau mau nonton ya nonton saja. Kamu kan sudah besar..."
Aku masih menduga-duga kemana keinginan Ayah. Walau Ayah sangat memanjakan dan tak pernah marah namun ini mungkin akan lain.
Ayah masuk dan menutup pintu lalu menguncinya. Dia duduk di kasurku dan ikut menonton. Ayah diam akupun diam. Terkadang aku melirik mata ayah yang seakan sedang menonton film biasa. Kucoba tenang seperti Ayah. Namun aku tetap saja tidak tenang karena ada Ayah waktu itu. Setelah beberapa lama kami dalam diam, aku merasa bosan dan makin gelisah saja.
"Fond, kamu tahu tidak, perkakas Pa'cek lebih besar dari itu..." katanya dengan muka serius.
Aku memandang tidak percaya dengan perkataan yang baru saja kudengar. Aktor porno yang di VCD sebesar perkakasku 17 cm 4 cm. Aku sudah bangga karena di antara teman-temanku, perkakasku tampak paling besar. Aku sering sombong bahwa ukuran perkakas menentukan kepandaian. Tentu saja itu sangat tidak berdasar.
"Owh ya?" kataku asal saja tidak tertarik.
Aku sama sekali tidak melirik ke gundukan di selakangan. Aku lebih tertarik milik wanita. Ayah membiarkanku mengira-ngira dan tampaknya memang besar. Perkakas Ayah kandungku juga pasti besar buktinya aku keturunannya. Ayah tiriku tidak ada pertalian keluarga dengan almarhum ayah. Tetapi entah bagaimana Ibu begitu beruntung selalu mendapat pria dengan kemaluan yang besar. Ah pemikiranku terlalu jauh sampai ke asal-usulku.
Waktu itu aku yakin aku normal. Aku lebih suka menonton payudara dan vagina yang memerah. Aku suka lihat lekuk tubuh perempuan. Sekarang pun begitu. Namun peristiwa berikut ini telah mengubahku. Mengubah hidupku.
Wajah Ayah tiba-tiba mendekat lalu mencium pipiku. Kurasakan pipinya yang kasar dan aroma foam bercukur yang begitu maskulin. Bukan ciuman singkat tapi lebih ke .... ah aku tidak mengerti cara untuk menggambarkannya. Dia memelukku dengan erat dengan lengan yang kekar dan bisep yang menonjol. Aku meronta minta dilepas.
Meski sewaktu kecil Ayah tiriku sering memeluk dan memangkuku namun aku tidak suka dipeluk sekarang. Aku sudah besar bukan anak kecil lagi. Pelukannya juga lain. Nafasnya mendengus dan agak memaksa. Aku meronta namun apa daya badan kekar Ayah menelikungku sehingga aku yang kurus ini tak bergerak. Ayah semakin bernafsu dia menyedot dan mengulumi bibirku. Rasanya manis terasa nikotin Ayahku di mulutku.
"Pa'cek jangan. Jangan yo..." pintaku sambil terus meronta.
Entah bagaimana aku sudah telanjang bulat. Bahkan dengan badan yang masih ditindih begitu. Perkakasku yang sedari tadi menegang karena rangsangan video bokep menjadi lemas. Namun Ayah tidak peduli dan tetap menciumi tubuhku. Menjilati leherku. Bahkan menggigit putingku.
Aku terus meronta sampai berkeringat. Rasa takut mulai menjalariku. Rambutku basah. Matakupun terasa mulai basah. Aku merasa sangat benci dengan Ayah. Aku sangat jijik dengan ciuman-ciuman itu. Geli saja rasanya.
"Jangan ya Pa'cek...." antara takut tetapi mulai penasaran.
Ayah membuka resleting dan memelorotkan celana. Segera tampaklah perkakas Ayah yang superbesar itu. Suatu kali di lain waktu aku pernah mengukurnya, 20 cm panjang dan hampir 4,5 cm tebal nya. Aku kalah besar. Di sekitar perkakasnya tampak rambut yang lebat.
"Aaahhh..." Ayahku melenguh pelan dan tersenyum tampak menikmati.
Kini badan Ayah yang kekar menindihku. Badan Ayah berotot dan perutnya sixpack. Dia memang rajin ke gym dan renang. Di perutku terasa perkakasnya yang keras mengganjal digesekkan dengan keras. Aku merasa takut dengan yang Ayah akan lakukan.Tiba-tiba saja ayah mulai mengelusi badanku. Pungggungku, dadaku, lalu pantatku. Aku tidak menyangka sama sekali kalau ayah menginginkan menusuk aku. Duh!
Aku mengalihkan badanku menjauh dari jangkauan Ayah. Terutama anusku yang dia inginkan. Aku membalik badanku dan menutupi perkakasku dan mataku. Aku merasa malu melihat Ayahku telanjang bulat begitu di depanku. Dia menciumi bibirku. Lidahnya mencoba menerobos deretan gigiku. Ludahnya terasa membasahi bibirku. Aku merasa sesuatu yang enak tapi sama sekali tak terpikir olehku untuk merespon.
Nafas Ayah mendengus-dengus keras tanda nafsunya sudah terbakar. Dia menciumiku berkali-kali lalu berbalik menindihku. Dia memegang kedua lenganku lalu menggosok-gosokkan perkakasnya ke perkakasku. Entah mengapa perkakasku menegang lagi. Namun tak lama Ayah merobah posisinya jadi agak berdiri. Lalu turun ke lubang perkakasku.
"Pa'ceeeekk.. jangan. Tolong..." kataku meronta tapi tidak menjerit.
Terus terang tiba-tiba aku menjadi ketakutan. Aku tidak mau jadi wanita yang disanggama. Aku kan bukan wanita. Tetapi di pihak lain aku tak mampu melawan tubuh Ayah yang kekar. Tubuhku yang kerempeng begini tak sanggup melawan cengkeraman Ayah. Di sisi lain aku juga bertambah penasaran apakah nikmatnya perkakas sehingga wanita di vcd itu mengerang-erang keenakan.
Aku mulai merasakan ada suatu benda keras menusuk anusku perlahan.
"Aa pa'cek jangan lakukan ...yaahhh..."
"Sudah kamu menurut saja Fond... " Ayah meludah lalu membasahi ujung perkakasnya dan lubang anusku.
Ayah menusukkan perkakasnya ke tubuhku kembali. Aku mengejan memaksa menutup lubangku. Namun desakan perkakas Ayah tak dapat kulawan. Benda keras itu sangat memaksa menembus masuk ke tubuhku. Tubuhku bergetar namun menjadi pasrah. Air mataku mengalir entah mengapa. Bahagia atau sedih atau kecewa aku tak mengerti. Seakan setengah nyawaku melayang dari tubuhku dan aku menjadi rileks. Bukan pingsan hanya begitu pasrah. Kurasakan ada yang mengganjal di anusku.
[Sebagian pembaca mungkin akan menanyakan mengapa aku tidak meronta dan melakukan perlawanan dengan keras. Aku sudah mencobanya dengan melarang Ayah. Namun aku yang tahu sifat Ayah dan ada sebagian peristiwa yang tak akan kuceritakan, yang membuat aku tak melawan. Tambah lagi ada rasa penasaran yang membuatku tak menyakiti Ayah. Aku tak menyesalinya. Pembaca akan tahu kalau mengikuti ceritaku]
Sementara Ayah bergerak-gerak di atas tubuhku. Kesadaranku benar-benar turun. Aku menjadi setengah sadar. Aku tak merasa apapun di sana. Sebelum tak sadar aku merasa ada gempa bumi hebat di kamarku.
"Ohh asssshhhhh..." Ayah mengkspresikan nikmatnya.
Ayah benar-benar dikuasai nafsu waktu itu. Aku menjadi sangat jijik sekaligus terpenuhi rasa dipuaskan rinduku. Aku sangat kesal dan sangat ternoda.
"Ooooaaahhhh.... " lenguh ayah dan rambut kemaluannya tepat ada di kemaluanku yang lunglai.
Aku tau perkakas Ayah memasuki anusku tapi setelah beberapa waktu aku baru sadar kalau sedalam itu ayah sudah memasukiku. Ayah menciumiku lagi. Badannya yang kekar berkilat karena keringat.
Sementara di layar televisi sudah masuk adegan berikutnya. Aku kapok dan tak tertarik lagi dengan tayangan bokep itu.
Ayah mencabut perkakasnya. Sesuatu yang kosong dan pegal aku rasakan di sana. Di bawah sana tepat di anusku. Pegal dan perih. Aku lihat ke sana ada darah mengalir di pahaku.
"Pa'ceeek sakit...."
Ayahku mengambil air hangat setelah mengenakan celananya. lalu dia membersihkan luka di anusku dengan penuh kasih sayang. Dia mengenakan kembali celana pendekku lalu menidurkan aku di kasurku. Persis seperti yang dia lakukan waktu aku masih kecil.
"Maafkan Pa'cek, Fond. Pa'cek khilaf!" ujarnya sambil mencium keningku. Tetes airmata yang panas jatuh di keningku.
Ayah berdiri mendekat ke televisi lalu mengambil keping vcdku. Ayah keluar kamar lalu menutup pintu kamarku.
Aku merasa lelah dan sakit baik secara fisik maupun psikologis. Aku tertidur dan baru terbangun malam saat Ayah memberikan obat untuk diminum dan satu obat ambien yang disumpalkan pada lubang anusku. Semua berlangsung tanpa kata-kata. Walau masih benci tapi aku tahu kalau Ayahku tidak berniat menyiksaku apalagi menyakitiku. Aku tahu ada sesal yang dalam di wajahnya.
Keesokan paginya aku tidak berangkat sekolah. Ayah sempat berdebat dengan ibuku yang mengatakan kalau aku baik-baik saja. Sedang Ayah bersikeras kalau aku sedikit demam. Akhirnya Ayah memenangkan perdebatan dan aku diijinkan tidak sekolah hari ini. Ah, apa kata dunia kalau aku sekolah dengan jalan seperti anak habis disunat? Akan banyak pertanyaan. Bisa sih aku beralasan kena bisul di pantat atau di selakangan. Ah, tetapi tidur di rumah seperti saran Ayah lebih enak dan nyaman.
Hari itu aku merasa jenuh alias bete bin sebete-betenya. Ayah pergi karena ada urusan. Keping VCD disita. TV membosankan acaranya. Tidur bosan. Di rumah sendiri, baru setelah makan siang nanti Ayah kembali. Sedang Ibu mungkin sampai malam karena harus kunjungan keluar daerah.
Dengan langkah yang masih tertatih-tatih dan terkangkang-kangkang aku mencoba mencari makanan di meja makan atau kulkas. Jalan ke belakang dan depan. Lalu terbersit ide mencari VCDku yang disita ayah kemarin. Aku tahu kunci kamar ayah dan ibu.
Tak perlu lama aku mencari-cari. Aku menemukan laci penyimpanan kondom. Aku mengambilnya satu. Aku ingin mencobanya. Aku mencari di kolong lalu mencoba membuka lemari pakaian. Namun tidak kutemukan VCD itu. Sekilas aku melihat ada bayangan pantulan plastik di atas lemari pakaian. Aku mengambil bangku dan menaikinya.
Ini dia!
Bukan cuma satu yang aku temukan. Sepuluh keping vcd termasuk milikku salah satu yang disita Ayah kemarin. Kuambil semua dan aku mau coba semua sebelum Ayahku kembali nanti. Segera saja adegan sanggama berbagai versi melintasi mataku masuk ke otakku. Koleksi ayah lengkap tidak hanya pria dan wanita berbagai bangsa namun juga wanita dengan wanita. Bagian lesbi selalu kulewati aku merasa jijik melihatnya. Sebaliknya bagian pria dengan pria selalu aku nikmati lebih lama. Bahkan aku terkadang mengulangnya.
Tak terasa jam-jam membosankan menjadi jam-jam menggairahkan. Lapar pun tak kurasa lagi yang ada aku menikmati rasa tegang di perkakasku karena adegan-adegan di atas.
Aku sudah lulus SMP namun nilaiku tidak memuaskan. Lagi-lagi ini juga jadi salah satu tema pertengkaran Ibu dan Ayahku. Untuk masuk SMA favorit juga gagal meskipun ibu sudah melobi istri kepala sekolah. Akhirnya aku hanya masuk SMEA. Sama sekali bukan yang aku inginkan. Aku hobi di bidang teknologi tetapi masuk SMEA. Tetapi ini lebih baik daripada tidak sekolah sama sekali. Agar aku mau masuk SMEA Ayahku menggadaikan motornya untuk membelikanku komputer baru dan sebuah laptop.
Kenakalanku bertambah-tambah. Sekarang memang aku tidak lagi meminjam VCD bokep karena aku bisa mengunduhnya dari internet dengan gratis. Beberapa kali aku ketahuan Ayah menonton dan Ayah sudah tidak bisa lagi melarangku. Bahkan sering Ayah yang meminjamkan VCD bokep untuk kami tonton bersama-sama.
"Yaaahhh...." kataku manja pada Ayah suatu kali acara nonton bokep bersama.
Oh ya semua kulakukan saat ibu pergi. Dan tahulah kalian kalau ibuku semakin sibuk. Apalagi beliau ikut partai politik yang mengangkat dirinya sebagai sekjen untuk wilayah propinsi. Sepak terjang ibu membuat dia semakin sering pergi bersama teman-temannya. Aku dan Ayah juga menikmati kalau ibu pergi.
Sore itu di rumah hanya berdua karena tadi siang Ibu berangkat ke Jakarta untuk konsolidasi pemenangan pemilu. Aku senang dan berdebar-debar karena malam ini aku akan tidur dengan Ayah menggantikan posisi Ibu jadi istri. Ayahku pun tampak sangat ganteng sore itu. Ayah bukan seorang yang suka jajan kalau ibu pergi. Tapi entah kalau di luar mungkin dia punya simpanan brondong.
Waktu adzan maghrib baru saja lewat. Rumah terasa sepi tanpa Ibu.
"Fond, Pak cek ngantuk. Nanti kalau mau tidur jangan lupa matikan lampu dan periksa pintu" ujar Ayahku sambil berlalu ke kamar.
Aku menonton TV sebentar namun semua acara membuat aku bete saja. Tiba-tiba terbersit pikiran nakalku lebih baik memanfaatkan waktu untuk nonton bokep sambil bermain perkakas Ayah saja daripada ga ada kerjaan.
Setelah selesai memeriksa semua pintu dan mematikan lampu, aku masuk kamar orang tuaku yang sudah remang-remang lampunya. Ayah tampaknya sudah nyenyak terbawa ke alam mimpi.Tak lupa kubawa VCD bokep yang tadi siang dipinjamkan Ayahku. Aku suka VCD pilihan Ayah, bintangnya bagus-bagus juga variasinya. Segera saja kunyalakan DVD di kamar dan kumasukkan keping cakram tanpa kuperiksa lagi judulnya.
Terdengar musik yang keras.. ah lalu kukecilkan dengan segera. Ayahku terbangun kaget.
"Aaahh ck..." terdengar Ayahku kesal.
"Nonton Pakcek... " aku menawarinya tetapi tampaknya dia begitu mengantuk.
Segera saja suara ah, ouh, yess, dan erangan-erangan kenikmatan lain menghiasi frame demi frame film. Bintang filmnya lelaki semua, tumben. Biasa Ayah selalu meminjam yang campuran, maksimalnya film bisex. Meskipun begitu perkakasku tetap tegang juga.
Lama kelamaan aku tidak tahan sendiri. Sedang di sampingku ada Pakcek aku yang suka perkakas juga. Kurendahkan badanku dan kutempelkan pipiku di dada Ayah. Sambil menonton tanganku meraba-raba perut Ayah yang sixpack. Ada bulu-bulu sexy di bawah pusar yang menunjukkan jalan untuk terus ke bawah. Tapi ada sarung di sana... Ah rupanya perkakas Ayahku juga sedang tegang.
"Kenapa Fond... ingin ya..." kata Ayahku tenang tanpa mengenyahkan tanganku yang meremas-remas perkakas besarnya.
"Kalau iya Pak cek?" kataku.
Perkakas Ayah tiriku yang ganteng semakin mengeras. Terasa hangat dan berdenyut-denyut. Sangat berasa karena Ayah tidak mengenakan celana dalam di bawah sarung.
Aku mendekatkan bibirku ke bibir Pakcek dan segera kami berciuman. Sebuah ciuman dalam dan sungguh nikmat ciuman Pak cek ini. Aku yakin ciuman dengan wanita tak akan mengalahkan dahsyatnya ciuman Pak cek. Kutindih Ayahku sambil aku tetap menikmati bibirnya. Lidahku bermain liar di dalam mulut Ayah. Lidah Ayah juga tak kalah garang mengeksplorasi semua sudut mulutku. Nafas kami memburu. Saat kami berpandangan kulihat nafsu membara yang mengatakan 'kamu kekasihku malam ini Fond'.
Tangan Ayah menggerayangi punggungku hingga pantatku. 'Ayah aku juga menginginkanmu malam ini' pikirku. Sangat hangat dan nyaman bergulat bersama Ayahku. Cukup berciuman aku tidur di pelukan lengan Pak cek yang kekar.
"Fond, kamu tahu tidak, aku sayang kau..." ujarnya dengan sungguh-sungguh.
"Sayang apa neh Pak cek?" tanyaku menggoda sambil sesekali mengelus dada, perut, dan juga perkakas Pak Cek.
"Kamu ini ya anak Pak cek dan juga kekasih Pak cek. Pokoknya sayang lah" ujarnya
Lalu kami ciuman lagi, ciuman yang tak mungkin dilakukan oleh Ayah dan anak yang normal bahkan Ayah tiri sekalipun. Kupelorotkan sarung Ayah dan kubelai-belai perkakasnya yang sudah menegang. Besar 20 cm diameter 4,5 cm. Ini bukan ukuran rekayasa karena ini cerita sungguhan. Ayahku juga bukan bule . Perkakas Ayah bentuknya bagus kepalanya besar. Ah pantas saja anusku berdarah-darah dahulu.
Kulepas ciuman bibirnya aku turun menciumi perkakas Ayahku.
"Sssshhh ooowwhh isap Fond..." Ayahku mengerang tak tahan.
Kumainkan lidahku di lubang kencingnya. Gerakan ini membuat Ayahku menggelinjang. Lalu berputar-putar di kepala perkakasnya yang sensitif. Lidahku yang kuat dan basah menjelajah jalan panjang batang perkakas Ayah hingga pangkalnya. Perkakas Ayah berurat-urat sexy seperti badan binaragawan saja. Ayah sering menggunakannya mungkin.
"Oooooowwhhhhh...."
Kupermainkan dua bola kembar sambil kupegangi tongkat sakti Ayah. Jembut Ayah lebat kini basah dengan liurku. Kulit bolanya juga berkilatan ditimpa cahaya layar televisi yang berganti-ganti menayangkan adegan lucah.
"Fonndd ahhh kamu pandai sekali ooohhh"
Ayah mengerang keenakan saat lidahku mulai naik lagi ke batang atasnya. Hmmm kugigit bekas sunatan Ayah dengan lembut. Kulingkarkan lidahku di daerah sensitif penis yaitu di perbatasan batang dan kepala perkakas. Ini membuat Ayahku menahan kepalaku.
"Aaahhhh isap Fond aaahhh Pakcek tak tahan ooouuuhhhh...." Nafas Ayahku benar-benar tidak teratur. Tersengal-sengal karena birahi.
Ayah benar-benar dikuasai nafsu birahi sekarang. Tak peduli kalau aku anak tirinya. Kumainkan lagi lidahku di lubang kencingnya. Lendir bening meluber asin rasanya di lidahku. Ayahku meracau karena nikmat tiada ampun. Kuhisap saja. Aku berciuman dengan lubang kencing Ayah yang biasa mengobok-obok vagina ibuku. Kucucup lubangnya. Ayahku bergelinjang.
"Setan! Isap Fond. Masukkan perkakasku ke mulutmu!" Ayahku mengamuk karena tak tahan kupermainkan lagi. Kali ini dia benar-benar marah.
Aku senang bisa membuat Ayah belingsatan seperti ini. Aku tersenyum. Namun tak mau membuat dia menderita birahi, kumasukkan batang perkakas yang besar itu melalui bibirku yang rapat tapi lembut.
"Oooouuuuhhhhhhhh..... shhhhh... Aaawwww.."
Batangnya yang keras terasa berdenyut-denyut di antara bibirku. Hangat sekali. Kumasuk dan keluarkan dari mulutku. Enak sekali rasanya. Clop clop clop suaranya... Meski kucoba memasukkan sedalam mungkin, namun bibirku tidak mampu menyentuh pangkal. Terlalu panjang buat tenggorokanku.
"Aaahhh enak sekaali Fonnnd..." erangnya menikmati servisku.
Kulakukan cukup lama sampai bibirku mulai terasa baal. Kulepaskan perkakas Ayah yang merah berkilat basah lalu aku pindah untuk menindih dan menikmati bibir Ayahku. Kuhisap dan kusesap bibir bawah Ayah.
"Pak cek, gantian isap punyaku.." pintaku.
Ayah menidurkanku lalu menciumiku dengan lembut dahi dan pipiku. Lalu dada dan turun ke perutku. Geli rasanya tapi enak. Kutahan kepala Ayahku saat menjilati pusarku. Aku terkikik kegelian. Lalu dia tiba di perkakasku dan langsung menghisapnya.
"Ooooaaahhhh ..."
Enak sekali. Bibir basah Ayah hangat menyelimuti batang perkakasku yang panjangnya 17cm. Kalian harus merasakan yang ini ... ini baru namanya sex. Oooohhhhh sampai ubun-ubun rasanya air maniku mau nyemprot. Apalagi saat Ayah mengisap sambil menarik mulutnya ke ujung kepala perkakasku.
"Aaaaahhhhhh ..." aku menjerit tak tertahankan.
Perkakasku benar-benar tegang. Kepala perkakasku berdenyut-denyut menambah sensitifitas rasa karena gesekan. Rasanya tambah besar saja perkakasku keluar masuk di antara bibir Ayah.
Benar-benar kenikmatan dunia yang tiada tara. Ayah melakukannya berulang-ulang. Begini mungkin rasanya kalau bersetubuh dengan si sexy jupe hahaha.... Ayah memujiku pintar tapi dia lebih pintar. Duniaku serasa melayang. Nyawaku terasa ikut terhisap saja.
"Paaakcek akuuu aaaahhhhh.... " tak tertahankan lagi tiba-tiba saja aku muncrat.
Crot crot crot...! Tak terkendali cairan lelaki muda ini muntah dalam mulut Ayah berkali-kali. Banyak sekali. Sudah tiga hari tidak kukeluarkan.
Pakcek tidak melepas perkakasku dari mulutnya. Padahal dia tahu aku sudah memuntahkan maniku dalam mulutnya. Aku yakin itu banyak sekali. Ayah tetap mengisap senjata saktiku. Seakan tak ingin ada mani yang tersisa dari batang perkakasku. Bahkan dia membersihkan ujung perkakasku dengan lidahnya.
Walaupun sudah keluar tapi perkakasku tetap saja perkasa. Darah di batang tidak mau beralih. Ayah menciumku. Rasa asin berpindah ke mulutku. Dan menguarlah bau mani. Ya maniku sendiri.
Ayah mengambil kondom di laci samping tempat tidur. Lalu membuka dan siap memakainya di perkakas besarnya. Aku tahu Ayah akan menusuk anusku. Tapi aku sekarang inginkan sebaliknya. Kurebut karet kondom dari tangan Ayah. Lalu kupakaikan di perkakasku sendiri.
"Terbalik itu, Fond" kata Ayahku yang melihat aku kesulitan memakainya.
Kubalik dan kubuka gulungan kondom hingga terbuka semua di pangkal perkakasku. Bentuknya jadi agak aneh tapi seksi. Bau kondom tercium harum. Ini memang pertama kali aku memakai kondom. Entah apa maksudnya aku juga tidak tahu. Aku hanya ingin memakainya sebelum menusukkan perkakasku ke lubang pembuangan.
"Pak cek tiduran saja.." kataku mendorong dadanya.
Ayah mengangkat pahanya.
"Tetapi hati-hati dan pelan io..." pesan Ayah.
Kini aku ingin memperkosa pantat Ayah. Membalas apa yang dia lakukan beberapa bulan yang lalu. Kuarahkan batang perkakasku yang tetap tegang ke arah lubang kecil yang merah dan berkerut itu. Tampak kecil sekali dibandingkan batang perkakasku yang menginginkan pelampiasan. Ibarat tongkat satpam yang akan ditusukkan lubang di gasper saja. Tampak tidak mungkin
Saat kutempelkan kepala perkakasku disana, lubang itu belum juga terbuka. Ayah menggenggam perkakasku dan mengarahkan tepat di pusat kerutan lalu memaksa menusukkan ke sana. Aku menuruti dan mendorongkan pantatku ke sana.
"Aaaaakkkkkkkhhhhh.... fond pelan... sakiiitt" Ayahku yang perkasa itu meringis menahan sakit.
Baru tahu dia rasanya. Aku paksa saja perkakasku masuk sambil menikmati wajah Ayah yang meringis menahan perkakasku. Sementara itu perkakas Ayah mengkerut dan lemas dengan segera. Mungkin saja ini efek dari menahan sakit tadi. Aku yakin itu.
Keringat menetes dari dahi Ayah. Badannya memerah dan berkilat. Nafasnya mendengus menahan sakit yang memusat di lubang anusnya. Kutarik perkakasku lalu kumasukkan lagi. Kutarik lagi lalu kumasukkan lagi.
"Oooowwwhhh aaahhhhh ahhhh" jerit Ayahku
Kalian ingin tahu rasanya? Dua kali lebih nikmat dari dihisap Ayah tadi. Lubang anus Ayah begitu licin dan sempit. Memang hari ini aku beruntung menikmati dua kenikmatan sex yang tiada tara anus dan oral. Hmm mungkin kalau perkakas besarku masuk vagina jupe akan 3 kali lebih nikmat dari ini, aku cuma bisa membayangkan.
"Ganti posisi fond..." pakcek memerintahku lalu dia membungkuk.
Ah inilah posisi yang dinamakan doggy style. Lututnya menekuk badan depannya membungkuk ditahan siku lengannya. Kutekuk lututku lalau kuarahkan perkakasku di lubang merah yang kembali mengkerut kecil. Ajaib! sekarang lebih mudah. Sekali bless perkakasku mendapat kenikmatan lubang anus Ayah.
Segera saja aku melakukan gerakan maju mundur. Otot pinggangku yang semakin liat dan menampakkan otot-otot pria dewasa. Meski belum sejelas Ayah tapi sixpacku juga sudah memperlihatkan semua modal seorang pria. Saat perkakas maju ada nikmat. Saat perkakas mundur juga nikmat. Jadi yang ada hanya nikmat dari nikmat. Semakin cepat aku masuk dan keluar, semakin nikmat.
Satu yang tak kuperhatikan adalah perkakas Ayah menegang dan berayun-ayun memukul-mukul perutnya sendiri. Ayah benar-benar tegang disodomi begini. Bahkan tanpa tangan Ayah menyentuh perkakasnya.
"Ahhh ahhh ahh..." Ayah rupanya sudah mendapat kenikmatan disodomi begini.
Setengah jam berlalu.
"Foonnnd Ayah hampir niiihhhh...." erang Ayah
"Terus Fonnnndd lebih cepat lagiiiihhhh...."
Kupercepat gerakanku. Tubuh kami berdua sudah basah oleh keringat. Dari rambut kepalaku pun menetes keringat. Seperti sehabis main bola saja. Kami memang main bola, namanya bola sodok. Bola kami menyodok tongkat yaitu perkakas kami.
Aku hampir saja orgasme saat Ayah melepaskan diri dari perkakasku. Ayah lalu tiduran dan mulai mengocok perkakasnya. Crot crot crot...! Sungguh jauh muncratnya. Bahkan menempel di dinding belakang kasur. Muka Ayah juga terkena maninya, namun paling banyak ada di dada dan perutnya.
Kubuka kondomku, kukocok perkakasku di atas dada Ayahku. Tak lama maniku dan mani Ayah bercampur jadi satu di dada dan perut Ayah.
"Ooooohhhhhhhh..." erangku menikmati orgasme kedua.
Ayah mengambil sarungnya dan membersihkan mani kami. Lalu Ayah menciumiku pipi dan dahiku.
"Ayah suka ini. Ayah sayang kamu Fond..."
Lalu Ayahku pergi ke kamar mandi. Tanpa terasa aku terlelap tidur. Aku sadar ketika Ayah membangunkanku. Ayah masih telanjang tanpa risih di hadapanku.
"Fond, lagi yuk... minum ini dulu... Ayah buatkan jamu biar kamu kuat" ujar Ayah menyodorkan cangkir putih.
Aku dicium Ayah lagi sebelum sempat meminumnya. Ah Ayahku kekasihku memang. Jam sudah menunjukkan jam 00.30 pagi. Tak mau sia-siakan waktu rupanya.
Epilog:
Aku sekarang sudah bekerja. Masih tinggal dengan Ayah dan ibuku. Aku terkadang masih melakukan dengan Ayahku terutama kalau ibuku tidak ada. Dan sampai sekarang Ibuku masih tidak tahu. Hubungan kami masih seperti biasa saja. Terkadang Ayah menegerku namun dia tidak jarang juga memanjakanku sebagai anak lelaki satu-satunya dalam keluarga. Aku kini bekerja sebagai Staf Sekuriti di sebuah Bank swasta. Oh ya aku juga pernah melakukan dengan rekan kerjaku. Kapan-kapan akan aku ceritakan.
Subscribe to:
Comments (Atom)